Mohon tunggu...
DEWIYATINI
DEWIYATINI Mohon Tunggu... Freelancer - freelance writer

Belakangan, hiburan di rumah tidak jauh dari menonton berbagai film dan seri dari berbagai negara, meski genre kriminal lebih banyak. Daripada hanya dinikmati sendiri, setidaknya dibagikan dari sudut pandang ibu-ibu deh! Kendati demikian, tetap akan ada tulisan ringan tentang topik-topik yang hangat mungkin juga memanas di negeri ini. Terima kasih untuk yang sudah menengok tulisan-tulisan receh saya. Love you all!

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Sherly Tjoanda di Tengah Duka: Mampukah Menggantikan Benny Laos Sebagai Calon Gubernur Maluku Utara?

15 Oktober 2024   08:17 Diperbarui: 15 Oktober 2024   08:23 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, menghargai almarhum yang dijadikan alasan partai mungkin berargumen bahwa dengan mengusulkan istri almarhum, mereka menghormati jasa dan kontribusi suaminya dalam kampanye atau perjuangan politik. Ini juga bisa menjadi bentuk penghargaan terhadap cita-cita almarhum yang ingin diwujudkan melalui keluarganya.

Terakhir, untuk menjaga soliditas partai karena anggapan mereka dengan mengusulkan istri sebagai pengganti, partai mungkin berusaha menjaga keutuhan dan stabilitas internal. Kehilangan seorang calon dalam kecelakaan tragis dapat memecah konsentrasi partai, dan mengusulkan seseorang dari keluarga almarhum dianggap solusi praktis untuk menjaga momentum kampanye. Kembali lagi, coba tukar tempat para elit ini dengan Sherly yang berduka, yakinkan diri sendiri mampu melawan duka. 

Namun, secara etis, ini dapat menimbulkan pertanyaan. Apakah keputusan ini benar-benar untuk menghormati almarhum, atau lebih merupakan strategi politik untuk menggaet simpati dan suara dari pemilih? Ada juga kekhawatiran apakah istri memiliki kapasitas dan kesiapan mental untuk terjun dalam dunia politik pada saat yang sangat emosional ini.

Bagi si istri, meskipun menggantikan suami dapat terlihat sebagai bentuk penghargaan atas dedikasinya, ini juga bisa menjadi beban psikologis yang berat, dan keputusan yang diambil dalam masa berkabung berpotensi dipengaruhi oleh tekanan dari luar. Sehingga, pertimbangan kesiapan mental, dukungan keluarga, dan kondisi emosional sangat penting dalam menentukan apakah ia benar-benar mampu mengemban tanggung jawab ini.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun