Mohon tunggu...
DEWIYATINI
DEWIYATINI Mohon Tunggu... Freelancer - freelance writer

Belakangan, hiburan di rumah tidak jauh dari menonton berbagai film dan seri dari berbagai negara, meski genre kriminal lebih banyak. Daripada hanya dinikmati sendiri, setidaknya dibagikan dari sudut pandang ibu-ibu deh! Kendati demikian, tetap akan ada tulisan ringan tentang topik-topik yang hangat mungkin juga memanas di negeri ini. Terima kasih untuk yang sudah menengok tulisan-tulisan receh saya. Love you all!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Malu Bertanya Sesat di Jalan, Kebanyakan Nanya Tanda Orang Malas Berpikir

12 Juni 2024   12:00 Diperbarui: 12 Juni 2024   12:06 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/photo/woman-biting-gray-nails-in-her-mouth-1161930/

Selama ini, pemerintah dan DPR selaku pembuat Undang-undang tidak pernah meletakkan publik sebagai subjek, tapi objek. Publik tidak perlu tahu apa yang sedang dirancang dan dibahas oleh pemerintah. Tapi patuhi dan taati aturan yang nanti disahkan. 

Soal Tapera, yang katanya rakyat membutuhkan rumah, yang ternyata akan disediakan dengan bantuan rakyat yang lain. Ke mana pemerintah? Eh, malah menjadi operator yang mengelola uang rakyat. Sudah demikian, dibayar pula jasanya dari uang rakyat. Miris. 

Tidak ada rumah murah, tidak ada lahan untuk membuat rumah, tidak ada rumah yang terjangkau yang letaknya dekat dengan sumber pendapatan mereka. 

Banyak dari mereka yang bekerja di pusat kota, tapi memiliki rumah di pinggiran, perbatasan kota, bahkan di kota lain, karena itu harga yang terjangkau bagi mereka. Dimana pemerintah?

Ada aturan yang menyebut, pengembang perumahan mewah wajib membangun hunian layak yang murah. Mereka sanggup dari segi finansial. Tapi kemudian muncul pertanyaan, mana lahannya?

Rumah yang murah dan lahan perumahan yang mudah diakses itu solusi untuk perumahan rakyat. Tidak perlu memaksa rakyat untuk menabung biar rumah terbeli. Mereka paham untuk itu. Meski kenyataannya, penghasilan mereka harus tarik-menarik antara satu kebutuhan dengan kebutuhan lain.

Lalu bagaimana agar tidak lagi keliru? Malu bertanya sesat di jalan. Bertanyalah, kemudian pikirkan rancangan kebijakannya berdasarkan jawaban dari orang yang ditanya. 

Pemerintah dan DPR tidak perlu malu bertanya, karena tidak akan dianggap sebagai orang yang bodoh. Tapi jawaban dari pertanyaan mereka akan memperkaya kebijakan mereka menjadi hal yang bijak bagi semua orang.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun