Mohon tunggu...
DEWIYATINI
DEWIYATINI Mohon Tunggu... Freelancer - freelance writer

Belakangan, hiburan di rumah tidak jauh dari menonton berbagai film dan seri dari berbagai negara, meski genre kriminal lebih banyak. Daripada hanya dinikmati sendiri, setidaknya dibagikan dari sudut pandang ibu-ibu deh! Kendati demikian, tetap akan ada tulisan ringan tentang topik-topik yang hangat mungkin juga memanas di negeri ini. Terima kasih untuk yang sudah menengok tulisan-tulisan receh saya. Love you all!

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Alasan Enggan Nonton Film "Vina: Sebelum 7 Hari"

21 Mei 2024   08:00 Diperbarui: 21 Mei 2024   08:13 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/id-id/foto/meja-arsitektur-kemewahan-jendela-17387429/

Sehari sebelum penayangannya, sepekan lalu, film "Vina: Sebelum 7 Hari" trending di Google. Memang biasanya begitu, karena pasti marketing tim produksi habis-habisan mempromosikan film-nya. Agar di hari pertama penayangan di bioskop, memuaskan.

Saya tidak tertarik sedikitpun. Saya termasuk orang-orang yang agak picky terkait tontonan di bioskop. Seringkali menyingkirkan keinginan pribadi menonton film yang sesuai dengan minat. Sebagai ibu-ibu, mah, kadang rela menemani anak-anak menonton film yang mereka inginkan.

Padahal aslinya, jadi bagian bendahara untuk tiket dan makan. Kemudian, kurir pengantar mereka kalau ke toilet.

Embel-embel film itu merupakan kisah nyata, tidak juga membuat saya tertarik. Padahal itu, katanya, film merupakan kisah nyata, atau tepatnya terinspirasi dari kisah nyata. Kemudian, genrenya mungkin bisa disebut horror crime karena soal kejahatan yang ada unsur hantu-hantunya.

Ah, horror dan kisah nyata, tapi bukan film dokumenter, itu alasan yang tidak membuat saya tertarik. Saya sempat bertanya pada teman, "ini kasus yang mana sih? Kok tidak melekat di memori otak?"

Teman saya sejenak menjelaskan hingga otak saya teringat tentang kasus ini. Memang ramai, tapi saya tidak ingat nama korban-korbannya. 

Saya memilih lebih baik membaca kasusnya lebih dulu. Tapi tetap tak mau menonton filmnya. Apalagi melihat posternya, mending tidak. Memang, agak penakut nih, ibu-ibu! Ajak aja nonton film kartun atau Elsa Frozen, pasti mau, karena sebagian besar waktu nonton malah tidur.

Buat saya penyuka hal-hal yang berhubungan dengan kasus kriminal, memang tidak akan sreg menonton film "Vina: Sebelum 7 Hari". Saya percaya film komersial tidak akan mampu membawa penonton pada atmosfer kisah nyata. Dipastikan banyak bumbu yang mungkin saja tidak pas dengan kisah aslinya. Bumbu-bumbu itu yang akan memikat penonton, meski pasti mempengaruhi opini terhadap kasus nyatanya.

Tidak heran, setelah menonton, opini itu terbawa dan diungkapkan di media sosial. Sisi baiknya, karena itu, polisi kembali melanjutkan penyelidikan kasus ini. Apalagi masih ada tiga buronan yang konon disebut-sebut sebagai dalang dari kasus Vina. 

Selain itu juga, mungkin bisa ditemukan fakta baru meski kasus ini terjadi pada 2016. Bukti-bukti di tempat kejadian mungkin sudah raib. Tapi kesaksian orang-orang yang tahu, melihat, dan mengalami akan membantu polisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun