Lalu, saat mahasiswa mengeluhkan tentang hal itu hingga ke senayan, respon kementerian sungguh di luar nalar. Tidak ada pernyataan yang membuat hati adem. Yang ada malah bikin panas.
Kementerian yang mewakili pemerintah malah menyebut pendidikan tinggi bukan bagian wajib belajar. Itu tersier. Kenapa bisa mengatakan seperti itu tanpa rasa empati? Anak-anak lulusan SMP yang memilih masuk SMA sudah jelas tujuannya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Namun, ketika biaya kuliah mencekik, pilihan mereka menjemput masa depan harus terhenti.Â
Tahukah mereka bagaimana perjuangan orang tua untuk membiayai anaknya kuliah? Lalu saat lulus, butuh perjuangan keras untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Buat mereka yang memiliki uang atau berasal dari keluarga kaya, daripada jadi pengangguran akan memilih melanjutkan kuliah yang lebih tinggi.
Lalu bagaimana untuk mereka yang hidup pas-pasan. Disebut miskin, tidak masuk kategori, tapi disuguhkan UKT dengan harga selangit, pastinya tidak mampu.
Tidak heran banyak mahasiswa baru yang lolos seleksi, akhirnya mundur dan membiarkan mimpi-mimpi akan masa depan cerah dikubur. Sungguh teganya!***