Ada film baru Indonesia di Netflix, judulnya 'Monster'. Menyeramkan bukan?
Berkisah tentang dua siswa SD berbaju Pramuka, diculik sepulang sekolah. Dua siswa yang teridentifikasi bernama Alana dan Rabin itu dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Mulut dan mata mereka ditutup lakban.
Hanya Rabin yang dibawa penculik ke dalam rumah dan dikurung di sebuah kamar. Lalu, Alana dibiarkan di dalam bagasi mobil.
Alana ini, anak yang hebat dan pemberani. Ia berhasil lolos dari bagasi mobil dan ikatan yang dibuat penculik. Bahkan ia sukses masuk ke dalam rumah penculik.Â
Selain itu, tanpa sengaja Alana menemukan korban lainnya di kolong tempat tidur. Dengan keberaniannya, ia justru mampu menghabisi penculiknya. Meski tanpa sengaja.Â
Rupanya, penculik ada dua. Yang satunya perempuan, baru datang setelah belanja. Ia tidak menemukan pasangannya, meski sudah memanggilnya berkali-kali. Pasangannya baru ditemukan setelah terdengar dering telepon di kebun.
Penculik perempuan itu menyadari bahwa anak yang diculiknya kali ini pintar. Bahkan Alana sudah menghubungi polisi dan tak lama datang ke rumah.Â
Pada akhirnya, Alana bisa melepaskan Rabin, tapi terus dikejar oleh si penculik perempuan.
Film dengan durasi 1 jam 24 menit ini, asli, bikin saya penasaran. Baru menyadari saat menyentuh menit ke-15, belum ada dialog antara ketiga pemain. Hanya ada isakan tangis Rabin.Â
Ditunggu lagi hingga, 30 menit, masih tak ada dialog. Baru di menit ke- 42, ada dialog. Itu pun hanya satu kata: "Jack!"
Di satu jam lebih jelang akhir, ada lagi dialog lainnya. Tidak beda dengan dialog pertama: "Alana!"
Di akun Instagram @falconpictures_, Alex Abbad yang berperan sebagai Jack, si pria penculik yang misterius, merupakan film tanpa dialog. Marsha Timothy yang menjadi penculik perempuan berperan sebagai Murni yang tidak perlu lagi diragukan kemampuan aktingnya.
Hebatnya, dua anak yang diculik yang diperankan Anantya Kirana dan Sultan Hamonangan, mampu mengimbangi akting berekspresi aktor seniornya. Mengingat film tanpa dialog ini, ekspresi mereka sangat diandalkan agar penonton mampu mencerna alur cerita. Saya rasa mereka sukses memberikan makna pada penonton.
Beruntung pula film ini ditayangkan di Netflix karena kalau ditayangkan di bioskop, film ini tidak akan laku ditonton. Tapi film ini masuk ke dalam jajaran film festival. Tidak heran bila soal kualitas patut diacungi jempol.Â
Tapi saya tidak ingin banyak cerita tentang alur filmnya. Karena lebih baik ditonton saja!***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H