Mohon tunggu...
DEWIYATINI
DEWIYATINI Mohon Tunggu... Freelancer - freelance writer

Belakangan, hiburan di rumah tidak jauh dari menonton berbagai film dan seri dari berbagai negara, meski genre kriminal lebih banyak. Daripada hanya dinikmati sendiri, setidaknya dibagikan dari sudut pandang ibu-ibu deh! Kendati demikian, tetap akan ada tulisan ringan tentang topik-topik yang hangat mungkin juga memanas di negeri ini. Terima kasih untuk yang sudah menengok tulisan-tulisan receh saya. Love you all!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pak Presiden, Jangan Sampai Anda Jadi Majikan yang Diduakan Pembantu Rangkap Jabatan

8 Mei 2024   20:50 Diperbarui: 8 Mei 2024   21:01 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sebagai majikan akan mempertimbangkan banyak hal dalam hal mengangkat pembantu. Pertama, saya mengukur pekerjaan yang harus dibantu oleh pembantu. Kemudian, menentukan kebutuhan jumlah pembantu dengan disesuaikan keuangan yang ada. 

Misalnya saya membutuhkan sepuluh pembantu, karena pekerjaan cukup banyak. Belum lagi, persoalan biaya makan dan tinggal si pembantu. Apakah mereka menginap atau tidak? Kalau menginap tentu ada makan malam untuk mereka. Kalau tidak, bagaimana.

Anggap saja para pembantu ini digaji dengan standar UMR. Apakah dana yang saya miliki cukup untuk mereka atau tidak? Haruskah saya mengurangi jumlahnya atau bekerja lebih keras agar upah untuk mereka tercukupi?

Belum lagi persoalan kompetensi mereka. Apakah mereka memenuhi kompetensi yang dibutuhkan? Jangan sampai ada titipan kerabat atau sahabat yang tidak bisa bekerja sesuai kompetensi dipaksakan masuk. Bisa jadi pekerjaan yang ada tidak sesuai ekspektasi.

Demikian juga dengan menteri-menteri yang akan diangkat, sudah sesuai kompetensi mereka dengan pos yang tersedia. Kalau hanya titipan, ini akan lebih repot karena bawahan menteri akan bekerja tanpa instruksi jelas. Jangan sampai berjalan auto pilot. 

Saya tidak alergi dengan titipan orang dalam, bila sesuai dengan kompetensinya. Tapi kalau sudah masuk, lebih baik melepaskan diri dari majikan lain. Fokus saja bekerja pada satu majikan. Anggaplah majikan yang dulu memberikan jalan tapi tidak perlu mengorbankan pekerjaan di majikan baru. 

Untuk majikan, jangan memaksakan diri karena titipan. Apalagi demi titipan ini, sampai membuka kementerian baru. Wah, itu uangnya sangat sangat besar. Karena harus membangun infrastruktur, menyediakan sumber daya manusia, dan harus mampu berlari untuk melaksanakan program kerja.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun