Namun, di antara percintaan itu rupanya RM mempertanyakan status hubungan mereka. Pengakuan Ahmad Arif, RM meminta dia menikahinya sebagai bentuk tanggung jawab atas hubungan badan yang sudah dua kali mereka lakukan. Ahmad Arif menolak dan RM memakinya hingga ia kesal. Spontan sepertinya, Ahmad Arif membenturkan kepala RM ke tembok.Â
Dalam mata kuliah kriminologi dan viktimologi, diajarkan motif klasik yang tidak akan berubah dalam setiap perkara pembunuhan. Harta, dendam, dan cemburu seringkali jadi motif dasar dari sebuah pembunuhan.Â
Pertama kali saat suaminya dituding sebagai pelaku, saya menduga memang ada kaitan dengan proses perceraian mereka. Dari sejumlah berita, disebutkan si suami bersikeras tidak mau bercerai dengan RM. Kalau memang benar pelakunya si suami, maka bisa saja sikap keras kepala istrinya jadi dasar ia menghilangkan nyawa istrinya.
Namun setelah diketahui Ahmad Arif pelakunya dan motifnya, maka masuk akal bila ada dendam yang mungkin mendasari perbuatannya. Dendam singkat alias sakit hati yang jadi motifnya. Tidak tahu perkataan apa yang diucapkan RM, tapi yang pasti itu menyinggung harga dirinya sebagai lelaki.Â
Akan tetapi proses perceraian RM dengan suaminya tidak bisa diabaikan sebagai motif juga. Bukan motif Ahmad Arif, tapi kemungkinan motif dari RM. Ia sudah merelakan suaminya dengan menggugat cerai demi hubungan kilatnya dengan Ahmad Arif. Tapi kenyataan tidak sesuai ekspektasi karena Ahmad Arif tidak membalas cintanya. Nyawanya yang mesti hilang saat ia menuntut balasan atas pengorbanan cintanya. Miris.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H