Saat mudik sering ada cerita anak atau istri yang ketinggalan di pos mudik. Mereka akan jadi konten bagi para pencari berita. Kisah lucu mereka yang ditinggalkan suami atau ayah, akan jadi kenangan sepanjang masa.
Saya pernah mengalaminya sekitar tahun 2009, tapi tidak terjadi di pos mudik sehingga saya tidak jadi objek para pencari berita. Wajah saya tidak bertebaran di layar kaca. Cerita saya, saat itu yang belum ada media sosial semasif ini, tidak menjadi viral.Â
Tepatnya saya ini ditinggalkan oleh suami yang saat itu masih pacar, di pos polisi, jelang tengah malam pula. Pacar saya 'menitipkan' saya di kantor Polsek Sagalaherang, Subang.
Sebetulnya ada rute yang cukup cepat bagi kami mudik, terlebih rumah saya di Kota Bandung. Tapi karena kami ini pasangan bucin, jadi kemana-mana harus berdua, meski jalan memutar. Saat itu, jalur yang biasa ditempuh melintasi Subang dan Purwakarta. Mungkin kami sedang apes, karena memilih jalur mudik yang jauh dan pulang terlalu malam.Â
Di tengah jalan, di antara pohon bambu di kanan dan kiri ruas jalan, ban sepeda motor kempes. Bawaan kami layaknya orang yang mudik, segala dibawa. Bahkan, bagian belakang jok motor ditambah bambu untuk menjadi bagasi cadangan untuk kardus bawaan.Â
Jelang tengah malam, ban kempes di jalan yang dipayungi pohon bambu. Mistis. Rasanya tidak ada bengkel yang masih buka malam hari. Akhirnya motor di dorong. Pasti berat untuk si cinta.Â
Tibalah kami di kantor Polsek Sagalaherang, dan disarankan untuk menuju bengkel yang mungkin masih buka di dekat pasar. Pacar saya menyetujui saran itu. Dia pergi menuju bengkel dan menitipkan saya di kantor polisi.
Sepuluh menit, dia belum kembali. Tiga puluh menit, tidak datang juga. Tanya memenuhi kepala saya. Apakah bengkelnya sudah tutup? Atau dia mencari bengkel lain? Atau mungkin bengkel buka, sepeda motor berhasil diperbaiki, tapi pacar saya lupa kalau saya masih dititipkan di kantor polisi?
Lalu, bagaimana nasib saya? Mesti menginap di kantor polisi dan menanti subuh agar dapat menumpang kendaraan umum menuju Kota Bandung? Ah itu lebih baik daripada nekad pulang sendiri di tengah malam.
Ternyata setelah 40 menit menanti, si pacar tampak kembali sambil tersenyum meskipun keringat bercucuran. Dia cerita kalau bengkel hampir saja tutup ketika ia tiba. Beruntung pemilik bengkel baik hati dan iba terhadap pacar saya. Beruntung juga pada akhirnya dia tidak lupa ada perempuan yang menanti di kantor polisi bersama kardus bawaan mudik.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H