Lantas bagaimana supaya pemimpin bisa memimpin pada hakikat sesungguhnya? Sampai pada hati orang-orang yang dipimpinnya. Ya kembali lagi kepada bahasan sebelumnya tadi, Memanusiakan manusia adalah jawabannya. Memanusiakan manusia adalah menempatkan manusia ya sesuai dengan bagaimana kita seharusnya berlaku pada sesama manusia, tanpa kekerasan dan sikap merasa berkuasa
Bagaimana walikota Solo membangun Solo dengan cara “Memanusiakan manusia”? Ingat tentang relokasi pedagang kaki lima di monument 45 Banjarsari yang berhasil direlokasikan tanpa sedikitpun adanya kekerasan dari pemimpin. Begitulah beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh Jokowi. Jokowi bersama jajaran Pemerintah Kota Solo merelokasi ratusan PKL tanpa kekerasan. Tak kurang dari 130 PKL kini ditempatkan di Pasar Notoharjo Semanggi. Tak sekadar merelokasi, di lokasi baru ini para pedagang diberi kebebasan tak memberikan retribusi kepada Pemkot Solo selama enam bulan ke depan (kabarsoloraya.com, 2012) .Di sana dapat kita lihat, bagaimana seorang pemimpin memanusiakan manusia, memahami benar bahwa manusia itu punya hati dan menggunakan hatilah pada dasarnya sesuatu yang diingini bisa dicapai.
[caption id="attachment_896" align="aligncenter" width="300" caption="Monumen Banjarsari sesudah relokasi (http://aerbeaerbe.wordpress.com)"]
“Tidak semua urusan harus diselesaikan secara dinas. Rakyat itu butuh pemimpin yang memimpin dengan hati, pemimpin yang bisa memperlakukan mereka sebagai sesama,” (Jokowi dalam Kabarsoloraya.com, 2012)
Referensi : http://indonesiakreatif.net/article/creative-city/taman-balekambang-mengembalikan-rasa-masa-lalu-solo/ diakses pada 15/3/2013 06.22 WIB http://kabarsoloraya.com/2012/05/30/joko-widodo-solo-masa-depan-adalah-solo-masa-lalu-bagian-1/ , diakses 15/3/2013 08.13 WIB http://news.liputan6.com/read/385368/relokasi-pedagang-tanpa-kekerasan-ala-jokowi, diakses pada 15/3/2013 08.22 WIB
Tulisan Belajar Menata Negeri dari Pemimpin Solo ini juga saya tulis di blog saya Visit my blog http://dhealf.com