Mohon tunggu...
Dewanto Samodro
Dewanto Samodro Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar yang mengabdikan diri menjadi pengajar

Pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akankah Jokowi Memulai Tren Presiden dari Kepala Daerah?

15 September 2022   10:19 Diperbarui: 15 September 2022   10:41 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu 2024 masih dua tahun mendatang, tetapi para elite politik dan partai politik sudah mulai bermanuver untuk mempersiapkan diri menyongsong pesta demokrasi lima tahunan itu.

Beberapa lembaga juga telah merilis hasil survei tentang elektabilitas berbagai figur politik. Sejumlah nama muncul sebagai figur yang memiliki eletabilitas cukup tinggi untuk menjadi calon presiden, mulai dari elite partai politik hingga kepala daerah.

Elite politik yang namanya muncul dalam sejumlah survei antara lain Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Ketua DPR Puan Maharani, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, hingga Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.

Sedangkan figur calon presiden dari kepala daerah didominasi gubernur provinsi di Pulau Jawa, yaitu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ganjar Pranowo, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Mengutip hasil survei Indopol Survey & Consulting, figur kepala daerah tampaknya menjadi favorit pemilih di Indonesia untuk menjadi calon presiden. Menurut survei tersebut, 23,58 persen responden memilih kepala daerah untuk menjadi presiden.

Bila Pemilu 2024 benar-benar memunculkan calon presiden dari kepala daerah, bukan tidak mungkin salah satu diantara mereka akan kembali menjadi presiden menggantikan Joko Widodo. Bila itu terjadi, bisa jadi Jokowi memulai tren kepala daerah menjadi presiden di Indonesia.

Dengan kata lain, jabatan kepala daerah akan menjadi "kawah candradimuka" bagi para calon pemimpin nasional. Bila dinilai berhasil memimpin daerah dan meninggalkan rekam jejak yang baik, seseorang akan memiliki kesempatan yang dicalonkan sebagai presiden.

Pola yang mirip, meskipun berbeda, juga terjadi di Amerika Serikat. Banyak presiden di negeri Paman Sam itu memulai karier politiknya sebagai anggota Senat. Senat menjadi semacam "kawah candradimuka" dan pertaruhan karier politik bagi seorang politisi.

Prestasi dan rekam jejak sebagai senator yang mewakili negara bagian, menjadi modal untuk mencalonkan diri sebagai presiden dalam konvensi partai untuk kemudian maju dalam pemilihan presiden.

Hal serupa terjadi pada Jokowi. Memulai karier politik sebagai Wali Kota Surakarta, Jokowi menjabat selama dua periode dan dinilai berhasil. Salah satu prestasi yang membuat namanya mencuat ke kancah nasional adalah saat berhasil memindahkan pedagang kaki lima ke Pasar Notoharjo tanpa kekerasan dan keributan meskipun ada Sebagian pedagang yang awalnya menolak..

Nama Jokowi sebagai Wali Kota Surakarta kembali naik saat "berkonflik" dengan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo tentang pembangunan salah satu mal di Solo. Saat itu Bibit bahkan sempat menyebut Jokowi sebagai pribadi yang "bodoh" karena berani menentang gubernur dan menolak pembangunan mal.

Berhasil memimpin Solo, Jokowi kemudian dicalonkan sebagai gubernur dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 dan harus bersaing dengan petahana Fauzie Bowo. Didukung popularitas dan pemberitaan media yang masif, saat itu Jokowi disebut sebagai media darling, Jokowi berhasil terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Tak perlu waktu lama bagi Jokowi untuk melangkah jenjang karier politik yang lebih tinggi. Belum dua tahun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi menerima mandat dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri untuk menjadi calon presiden pada Pemilu 2014.

Langkah Jokowi tak terbendung hingga akhirnya terpilih sebagai presiden hingga dua periode, dan dua kali mengalahkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam dua kali pemilu.

Bila melihat figur kepala daerah yang saat ini diperkirakan akan maju dalam pemilihan presiden, barangkali hanya Ridwan Kamil yang perjalanan karier politik hampir mirip. Memulai karier politik sebagai Wali Kota Bandung sejak 2013, Kang Emil memutuskan "naik kelas" saat Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018. Kini namanya hampir selalu muncul dalam survei calon presiden meskipun peringkatnya kerap kali di bawah Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

Ganjar Pranowo mungkin bisa dibilang satu-satunya gubernur yang digadang-gadang sebagai calon presiden yang merintis karier politiknya dengan menjadi kader loyal partai. Berangkat dari anggota DPR dari PDI Perjuangan, Ganjar memilih meninggalkan Senayan di periode keduanya untuk mencalonkan diri dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2013 dan kini memasuki periode kedua sebagai gubernur.

Sementara itu, Anies Baswedan memulai karier politik dengan mengikuti Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat pada 2013 saat masih menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina. Pada Pemilu 2014, Anies berada di barisan pendukung Jokowi dan menjadi Deputi Kantor Transisi Jokowi-JK, kemudian menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan selama 1,5 tahun hingga kemudian terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pemilihan Gubernur 2017.

Figur kepala daerah memang relatif memiliki keunggulan dibandingkan elite politik yang lain. Kepemimpinan dan rekam jejaknya saat memimpin daerah dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat di daerah. Hal itu tentu menjadi salah satu faktor yang menentukan elektabilitas dan popularitasnya.

Karena itu, bukan tidak mungkin salah satu kepala daerah akan kembali menjadi presiden, atau setidaknya wakil presiden. Bila itu terjadi, maka bisa jadi Jokowi telah memulai tren kepala daerah menjadi pemimpin nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun