Mohon tunggu...
Dewanto Samodro
Dewanto Samodro Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar yang mengabdikan diri menjadi pengajar

Pengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ganjar atau Puan, Siapa Dipilih PDI Perjuangan?

16 Agustus 2022   08:52 Diperbarui: 16 Agustus 2022   08:55 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu 2024 masih dua tahun mendatang, tetapi figur-figur yang kemungkinan akan mencalonkan diri sebagai presiden tampaknya sudah mulai ancang-ancang menyusun strategi sejak setahun yang lalu.

Sejumlah partai politik sudah mulai melakukan konsolidasi dan merancang kemungkinan koalisi. Sejumlah partai yang lain dan kelompok relawan mulai mendeklarasikan beberapa nama. Misalnya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendeklarasikan Ketua Umum Muhaimin Iskandar sebagai bakal kandidat presiden, sementara beberapa relawan sudah mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Salah satu yang ditunggu-tunggu adalah calon presiden yang akan diusung dan diajukan PDI Perjuangan. Sebagai partai yang saat ini berkuasa, baik di eksekutif dan legislatif, PDI Perjuangan tampak percaya diri dengan kader-kadernya yang mulai melakukan berbagai manuver. Ada empat nama yang disebut-sebut akan menjadi pilihan bakal kandidat presiden, yaitu Ketua DPR Puan Maharani, Menteri Sosial Tri Rismaharini, mantan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Annas, dan Ganjar Pranowo.

Namun, persaingan antara Puan dan Ganjar menjadi hal yang paling menarik untuk dicermati. Diantara keduanya sempat terjadi beberapa drama politik, mulai dari sindir-menyindir hingga tidak menghadiri acara yang dihadiri oleh pihak lainnya.

Karier politik Puan Maharani cukup cemerlang. Mewakili Daerah Pemilihan Jawa Tengah V yang meliputi Surakarta, Sukoharjo, Klaten, dan Boyolali, Puan pertama kali menjadi anggota DPR pada 2009. Pada 2012, dia menjadi Ketua Fraksi PDI Perjuangan mengganti Tjahjo Kumolo.

Pemilu 2014, kembali terpilih sebagai anggota DPR, Puan meninggalkan Senayan karena dipilih Presiden Joko Widodo untuk menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Pemilu 2019, Puan kembali ke Senayan dan menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR.

Karier politik Ganjar Pranowo tidak kalah cemerlang. Berangkat dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah VII yang meliputi Banjarnegara, Kebumen, dan Purbalingga; Ganjar menjadi anggota DPR hasil Pemilu 2004 menggantikan Jakob Tobing yang diangkat menjadi Duta Besar oleh Presiden Megawati Sukarnoputri.

Pemilu 2009 kembali ke Senayan, Ganjar akhirnya mengundurkan diri untuk mengikuti Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2013 berpasangan dengan Heru Sudjatmoko dan terpilih memimpin provinsi basis PDI Perjuangan itu. Dia kembali mencalonkan diri sebagai gubernur periode kedua pada 2018 dan berhasil memenangkan Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2018.

Penentuan calon presiden yang akan diusung PDI Perjuangan, tampaknya berada di tangan Ketua Umum Megawati Sukarnoputri. Apakah Megawati akan memilih Puan, anaknya yang terlihat memang dipersiapkan karier politiknya sejak lama; atau Ganjar, yang merupakan kader loyal PDI Perjuangan dan pendukung setia Megawati sejak berkonflik dengan Soerjadi saat masih di PDI?

Sejumlah survei dari berbagai lembaga memang menempatkan elektabilitas Ganjar lebih unggul daripada Puan. Menanggapi berbagai survei itu, beberapa elite PDI Perjuangan sempat menyatakan bahwa pemilihan calon presiden tidak akan hanya berdasarkan elektabilitas yang muncul dari lembaga survei.

Pemilihan calon yang akan diusung dalam pemilihan presiden memang sudah seharusnya tidak hanya berdasarkan elektabilitas yang disampaikan lembaga survei. Politik adalah sesuatu yang sangat cair sehingga survei hari ini bisa jadi akan sangat berbeda dengan hasil pemilu yang sebenarnya.

Namun, elektabilitas dalam survei tetap harus menjadi perhatian. Popularitas dan elektabilitas yang cukup tinggi, tampaknya menjadi salah satu pertimbangan Megawati untuk mengusung Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2014, meskipun saat itu beredar isu bahwa Megawati akan kembali mencalonkan diri sebagai presiden.

Perjalanan politik Jokowi hingga akhirnya menjadi presiden memang menjadi sebuah fenomena baru di Indonesia. Berangkat dari keberhasilan sebagai Wali Kota Surakarta dalam dua periode, Jokowi kemudian diusung menjadi calon Gubernur DKI Jakarta dan berhasil mengalahkan petahana Fauzie Bowo.

Populer di masyarakat dan menjadi buruan pemberitaan media, hingga dijuluki sebagai media darling, langkah Jokowi menjadi presiden sangat mulus dan berhasil mengalahkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto hingga dua kali.

Pemilihan presiden sangat berbeda dengan pemilihan legislatif. Dalam pemilihan legislatif, pemilih cenderung memilih partai politik, sehingga ideologi, platform, dan citra partai politik sangat memengaruhi pemilih.

Berdasarkan hal itu, maka dapat dipetakan sebuah wilayah merupakan basis dari partai tertentu, misalnya Jawa Tengah yang dipetakan sebagai basis pemilih loyal PDI Perjuangan. Sejak Reformasi 1998, PDI Perjuangan selalu menang dalam pemilihan legislatif di Jawa Tengah, mendapatkan kursi terbanyak di DPRD, dan menempatkan kadernya sebagai gubernur.

Namun, pemilihan presiden atau pemilihan gubernur sangat bergantung pada figur calon yang bersaing. Rekam jejak dan kiprah politik calon sangat memengaruhi pemilih untuk menjatuhkan pilihannya. Karena itu, bisa jadi calon presiden atau calon kepala daerah berhasil menang di daerah yang bukan basis massa partai yang mengusungnya.

Hal itu terjadi pada Pemilihan Presiden 2009. Meskipun berhasil meraih suara terbanyak pada Pemilihan Legislatif 2009 di Jawa Tengah, PDI Perjuangan ternyata kalah dalam pemilihan presiden di daerah yang menjadi basis massanya sendiri.

Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono berhasil meraih suara terbanyak dalam Pemilihan Presiden 2009 di Jawa Tengah, mengungguli pasangan Megawati Sukarnoputri-Prabowo Subianto.

SBY memang memiliki keunggulan saat itu karena merupakan petahana. Rekam jejak dan kepemimpinannya saat menjabat sebagai presiden di periode pertama, jelas memengaruhi mayoritas pemilih di Jawa Tengah alih-alih loyalitas ideologis kepada PDI Perjuangan yang mengusung Megawati.

Hasil Pemilihan Presiden 2009 di Jawa Tengah itu bisa menjadi pelajaran berharga bagi PDI Perjuangan untuk menentukan sosok yang pada akhirnya akan diusung menjadi calon presiden pada Pemilu 2024. Bisa Puan, bisa Ganjar, bahkan bisa jadi sosok yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun