Mohon tunggu...
dewanto harjunowibowo
dewanto harjunowibowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan peneliti di UNS

Dosen Pendidikan Fisika FKIP UNS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Sirih Hitam, Tanaman Endemik Kearifan Lokal Indonesia

16 Agustus 2022   20:04 Diperbarui: 18 Agustus 2022   14:31 2455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Sirih hitam asli dari hutan (sumber: Sirih Hitam)

Sirih hitam (Piper Betle Var. Nigra.) telah dikenal memiliki manfaat untuk kesehatan sebagai anti kanker, anti alergi, anti malaria, anti jamur, antioksidan, kebersihan mulut, dan antihistamin. 

Mitra mengatakan bahwa produsen Jamu herbal besar di Semarang memerlukan pasokan daun sirih hitam sebanyak 9 ton dalam waktu 3 tahun untuk kebutuhan obat sariawan. 

Kelompok usaha tani yang bertanggungjawab memenuhi pasokan tersebut adalah binaan PT Fajar Biofarmaka Nusantara (PT FBION) yang berlokasi di Desa Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah. 

Kerjasama produksi tanaman sirih telah dilakukan dengan sejumlah petani lokal di Wonosobo, Karanganyar, Kalimantan, dan Jogjakarta. Harga dipasaran untuk sirih hitam tergolong mahal karena pertumbuhannya yang lama. 

Untuk mendapatkan 2 daun selebar 5cm2 seharga Rp 15.000,00, dibutuhkan 3 bulan pemeliharaan yang rumit, namun demikian pertumbuhannya di hutan sangat baik dan relatif lebih cepat. 

Namun, kendala terbesar bagi mereka adalah pertumbuhan daun sirih hitam yang lama dibandingkan dengan tanaman sejenis yang tumbuh di hutan. 

Oleh karena itu, pengabdian ini bertujuan untuk melatih petani yang tertarik untuk membiakkan sirih hitam secara masif, membangun petani plasma dan menjual panenannya kepada PT FBION sebagai bahan baku utama obat.

Pengabdian ini akan menggunakan sistem pelatihan pembiakan secara stek, cangkok, dan pembuatan sistem kontrol kelembaban berbasis sensor. Sistem ini akan bekerja secara otomatis setelah dilakukan pengaturan kebutuhan air bagi tanaman secara otomatis.

Diharapkan dengan sistem budidaya modern dalam greenhouse dan pelatihan pembiakan sirih hitam dengan sistem stek dan cangkok terkontrol akan mampu mempercepat pertumbuhan sirih hitam dan menjaga kandungan zat aktif sebagai obat tetap berkualitas. Selain itu mempersiapkan bibit sirih hitam untuk kebutuhan daerah lain sebagai plasma sirih hitam.

Sementara itu, mitra utama kegiatan ini adalah kelompok tani di bawah koordinasi Purwanto di Desa Triyagan, Sukoharjo. 

Mereka ditunjuk oleh PT FBION sebagai salah satu petani plasma untuk menyediakan daun Sirih hitam di wilayah Sukoharjo. 

Mitra petani ini merupakan binaan UNS yang berhasil memproduksi Pupuk sekaligus probiotik pembenah tanah dan Probiotik Ternak berbasis Limbah Ciu [1], [2]. Kelompok tani ini terus mengembangkan usahanya pada ternak kelinci sejak tahun 2019. 

Produk probiotik yang dihasilkan mampu menyuburkan dan digunakan sebagai pupuk sesuai standar SNI [3] serta menjaga kesehatan kelinci yang dimiliki [4]. Meskipun kelompok tani ini berusaha keras melakukan diversifikasi usaha, namun kondisi pandemi Covid-19 telah menyebabkan banyak peternak kelinci tutup sehingga pakan kelinci yang telah diproduksi semakin turun pembelinya. 

Oleh karena itu, dengan memanfaatkan lahan kosong dan pupuk probiotik dari urin serta feses kelinci, pembiakan sirih hitam yang bekerjasama dengan perusahaan besar sebagai mitra menjadi harapan utama untuk meraih keuntungan.

Sementara itu, di petani plasma mitra, Desa Triyagan, Sukoharjo akan difungsikan sebagai pusat pembibitan karena lokasinya paling dekat dengan Hutan Banyuwangi. Pembibitan telah dilakukan dengan cara stek pada ruas daun dan ditanam dalam polybag. 

Penyiraman dan pemberian pupuk dilakukan tanpa menggunakan pelindung sinar matahari seperti terlihat pada Gambar 1.

Penyiraman dan pemberian pupuk. (Foto: Dok. Pribadi)
Penyiraman dan pemberian pupuk. (Foto: Dok. Pribadi)
Gambar 1. Keadaan pembibitan di lokasi Mitra Petani Plasma Triyagan (dok. pribadi)
Gambar 1. Keadaan pembibitan di lokasi Mitra Petani Plasma Triyagan (dok. pribadi)

Kegagalan yang terjadi masih sangat tinggi sebesar 50%. Sementara itu, kegagalan yang dialami petani plasma di Wonosobo jauh lebih besar hingga 80% [5]. 

Hal ini dikarenakan jarak tempuh indukan dari hutan di Banyuwangi lebih jauh daripada di wilayah Surakarta. Gambar 2. menunjukkan ukuran daun sirih hitam segar dari hutan di Banyuwangi yang dijadikan indukan dari bibit sirih hitam.

Gambar 2. Sirih hitam asli dari hutan (sumber: Sirih Hitam)
Gambar 2. Sirih hitam asli dari hutan (sumber: Sirih Hitam)

Secara ekonomi, jika nilai 0.5 ton dibeli sebesar Rp. 40.000/kg akan menghasilkan omset Rp. 20.000.000. Secara normal, sirih hitam dapat dipanen setelah berumur 6 bulan ditandai dari warna daun yang berwarna hijau kehitaman dan sedikit kaku karena tebal. 

Sehingga dari segi bisnis, usaha pembibitan dan penjualan sirih hitam ini sangat potensial dan dapat mengurangi efek pengangguran dan kemiskinan yang meningkat karena pandemi Covid-19 di berbagai daerah. Kebutuhan bahan baku mentah ini sangat banyak karena hanya 10% simplisia yang dihasilkan dari daun sirih hitam basah. 

Pemenuhan kebutuhan obat untuk seluruh Indonesia tidak akan terpenuhi hanya dengan satu atau dua petani plasma oleh karena itu kegiatan ini akan berfokus pada pembibitan sebanyak mungkin dari indukan asal Banyuwangi.

Berdasarkan analisis situasi di atas, permasalahan utama mitra adalah metode pembiakan yang tradisional tanpa disertai perawatan nutrisi media tanam yang sesuai. Serta lingkungan tumbuh tanaman sirih hitam yang sekedarnya yang belum mampu memberikan perlindungan terhadap gangguan hama, dan cuaca. 

Oleh karena itu, kegiatan ini akan berfokus pada pendampingan pembiakan dengan metode stek dan cangkok meliputi perawatan pra dan pasca tanam. Pemberian sitokinin pada tunas sebelum tanam dan nutrisi tanah pasca tanam akan mempercepat pertumbuhan akar dan daun. 

Pemberian pupuk dari limbah sayuran setempat secara teratur pada media tanah sirih diharapkan mampu menambah kandungan klorofil pada daun hingga 20% secara alami [6].

Selain itu pembuatan naungan disertai sistem kontrol otomatis akan memberikan kondisi tiruan yang sempurna seperti di habitat asli di hutan dan hemat energi [7], [8]. Selain untuk melindungi tanaman dari cahaya berlebih dan panas, sistem kontrol ini mampu mencegah kelembaban udara dan tanah yang berlebihan penyebab jamur dan pembusukan akar. 

Lebih jauh, efisiensi tenaga kerja akan meningkat karena dapat digunakan untuk pembiakan secara lebih masif daripada terbuang untuk menyiram, memupuk secara manual. 

Sehingga penghematan biaya produksi dapat ditekan dan meningkatkan margin keuntungan petani mitra. Diharapkan dengan metode tersebut, kecepatan tumbuh daun meningkat hingga 50% sehingga akan mampu meningkatkan jumlah produksi panenan hingga 50%.

Referensi

[1]    A. Jamaluddin, J. Ariyanto, and D. Harjunowibowo, "IPM-IbM Penerapan Teknologi Tepat Guna Pengolah Limbah Bioetanol sebagai Pakan Fermentasi Ternak," Surakarta, 2014.

[2]    J. Ariyanto, D. Harjunowibowo, and M. Cahyadi, "Pengolahan Limbah Bioetanol sebagai Upaya Pelestarian Alam," in Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF), 2014, vol. 5, no. 15, pp. 222--227.

[3]    T. Sulistyaningsih, N. Widiarti, W. Astuti, and D. Harjunowibowo, "The proliferation of effective microorganism (EM) in vinasse and its application in the manufacture of livestock-waste based fertilisers," J. Chem. Technol. Metall., vol. 54, no. 4, pp. 727--732, 2019.

[4]    Y. Yanti, "Focus Group Discussion dengan Peternak Kelinci Sukoharjo-Karanganyar , Jawa Tengah," Kompasia, 2021. https://www.kompasiana.com/yuliyanti2152/611b1ec906310e4e1834b4e2/focus-group-discussion-dengan-peternak-kelinci-sukoharjo-karanganyar (accessed Jan. 09, 2022).

[5]    D. Harjunowibowo, Y. Rinanto, Y. Arimurti, and F. F. Haryani, "Otomatisasi Sistem Greenhouse dalam Budidaya Sirih Hitam bagi UMKM Nyawiji Agriraya," Surakarta, 2021.

[6]    Y. Rinanto, Sajidan, and U. Fatmawati, "Pemanfaatan Limbah Sisa Hasil Panen Petani Sayuran di Boyolali sebagai Bahan Baku Pembuatan Pupuk Cair Organik menuju Pertanian Ramah Lingkungan," in Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015, 2015, pp. 231--236.

[7]    E. Cuce, D. Harjunowibowo, and P. M. Cuce, "Renewable and sustainable energy saving strategies for greenhouse systems_ A comprehensive review," Renew. Sustain. Energy Rev., vol. 64, pp. 34--59, 2016, doi: 10.1016/j.rser.2016.05.077.

[8]      D. Harjunowibowo, Y. Ding, S. Omer, and S. Riffat, "Recent active technologies of greenhouse systems -- A comprehensive review," Bulg. J. Agric. Sci., vol. 24, no. 1, 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun