Mereka ditunjuk oleh PT FBION sebagai salah satu petani plasma untuk menyediakan daun Sirih hitam di wilayah Sukoharjo.Â
Mitra petani ini merupakan binaan UNS yang berhasil memproduksi Pupuk sekaligus probiotik pembenah tanah dan Probiotik Ternak berbasis Limbah Ciu [1], [2]. Kelompok tani ini terus mengembangkan usahanya pada ternak kelinci sejak tahun 2019.Â
Produk probiotik yang dihasilkan mampu menyuburkan dan digunakan sebagai pupuk sesuai standar SNI [3] serta menjaga kesehatan kelinci yang dimiliki [4]. Meskipun kelompok tani ini berusaha keras melakukan diversifikasi usaha, namun kondisi pandemi Covid-19 telah menyebabkan banyak peternak kelinci tutup sehingga pakan kelinci yang telah diproduksi semakin turun pembelinya.Â
Oleh karena itu, dengan memanfaatkan lahan kosong dan pupuk probiotik dari urin serta feses kelinci, pembiakan sirih hitam yang bekerjasama dengan perusahaan besar sebagai mitra menjadi harapan utama untuk meraih keuntungan.
Sementara itu, di petani plasma mitra, Desa Triyagan, Sukoharjo akan difungsikan sebagai pusat pembibitan karena lokasinya paling dekat dengan Hutan Banyuwangi. Pembibitan telah dilakukan dengan cara stek pada ruas daun dan ditanam dalam polybag.Â
Penyiraman dan pemberian pupuk dilakukan tanpa menggunakan pelindung sinar matahari seperti terlihat pada Gambar 1.
Kegagalan yang terjadi masih sangat tinggi sebesar 50%. Sementara itu, kegagalan yang dialami petani plasma di Wonosobo jauh lebih besar hingga 80% [5].Â
Hal ini dikarenakan jarak tempuh indukan dari hutan di Banyuwangi lebih jauh daripada di wilayah Surakarta. Gambar 2. menunjukkan ukuran daun sirih hitam segar dari hutan di Banyuwangi yang dijadikan indukan dari bibit sirih hitam.
Secara ekonomi, jika nilai 0.5 ton dibeli sebesar Rp. 40.000/kg akan menghasilkan omset Rp. 20.000.000. Secara normal, sirih hitam dapat dipanen setelah berumur 6 bulan ditandai dari warna daun yang berwarna hijau kehitaman dan sedikit kaku karena tebal.Â