Saat terjadi krisis, seperti merebaknya Covid-19, karena SARS-CoV-2, maka mengkomunikasikan krisis menjadi salah satu hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Tujuan dilakukannya komunikasi krisis di antaranya adalah untuk menyampaikan informasi terkini, melakukan kesiapsiagaan, menginformasikan langkah-langkah yang harus dilakukan, mengungkapkan tantangan dan hambatan yang dihadapi, serta berbagai tujuan lainnya.
Pakar komunikasi berkebangsaan Inggris yang menetap di Singapura, Vivian Lines menyampaikan rumus 3C dalam mengkomunikasikan suatu krisis. Dalam hal ini, 3C tersebut adalah:
- Concern,
- Control, dan
- Commitment.
Dalam praktiknya, penerapan 3C saat ini tentu bukan hal yang mudah di tengah krisis yang terjadi, melimpah atau justru kurangnya data dan informasi, serta membeludaknya hoax yang tersebar.
Namun demikian, Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mampu menerapkan 3C tersebut dalam setiap pidatonya. Anda dapat membaca naskah pidato tersebut di sini.
Kita ambil contoh saja dari naskah pidato Dr. Tedros pada Kamis, 12 Maret 2020.
Pada beberapa paragraf berikut, Dr. Tedros menyampaikan perhatian atau concern-nya atas situasi yang terjadi.
Dia menyampaikan bahwa keputusan menaikkan status Covid-19 sebagai Pandemi, menyebar ke seluruh dunia dalam skala global, bukanlah keputusan yang mudah.
Dia menjelaskan setidaknya ada dua alasan di balik keputusan menaikkan penyebaran Covid-19 sebagai Pandemi. Pertama karena skala dan kecepatan penyebaran penyakit.
Kedua, karena meskipun WHO sudah menyampaikan peringatan, tetapi tidak semua negara melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk merespon penyebaran wabah.
Alasan itu dilengkapi dengan paparan fakta berupa data dan informasi paling mutakhir. Lebih jauh untuk menunjukkan bagian Concern ini, dia menggunakan kata 'concerned' di salah satu bagian pidatonya.