Â
Gambar 1. Lingkaran Pengelolaan Logistik untuk Penanggulangan Bencana (Sumber: WFP)
Â
Di lingkaran kedua, setelah kejadian (event), maka Anda dapat melihat adanya penilaian logistik (logistic assesment). Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan untuk siapa, di mana, kapan, apa, berapa banyak, dan bagaimana logistik akan dikirimkan.
Â
Setelah penilaian logistik, maka dilakukan rencana aksi logistik (logistic plan of action). Dalam tahap ini, fokusnya bukan pada logistik sendiri, tetapi mekanisme di balik itu untuk menentukan kesuksesan operasi logistik.
Â
Hal-hal yang menjadi pertimbangan di antaranya adalah: sumberdaya keuangan, kesiapan staf, supply, peralatan informasi manajemen, mekanisme distribusi dan penelusuran. Dari berbagai pertimbangan itu, maka dapat dikelompokkan menjadi struktur eksternal, struktur internal, hingga pengaturan keamanan.
Â
Tahap berikutnya adalah operasi (operation). Ini menjadi pelaksanaan dari tahap penilaian dan perencanaan. Tahap operasi menjadi yang paling rumit, karena mencakup pengadaan logistik, penyimpanan, pengiriman (distribusi), hingga diterima oleh mereka yang berhak.
Â
Setelah operasi selesai, maka dilanjutkan dengan pembangunan pengalaman (build-up on experience). Di sini dikumpulkan berbagai pengalaman baik dan juga yang masih perlu perbaikan sebagai bahan koreksi pada operasi serupa di masa yang akan datang.
Â
Pembangunan pengalaman dapat dilakukan jika pelaporan (reporting), kemudian pemantauan (monitoring), dan evaluasi (evaluation) dilakukan dengan baik.
Â
Setelah pengalaman dibangun, maka tahap selanjutnya adalah kesiapsiagaan logistik (logistic preparedness). Di tahap ini dinilai: bagaimana risiko dan kemungkinan dampak dari suatu kejadian, siapa yang akan membutuhkan logistik, dan berapa banyak logistik dibutuhkan.
Â
Tahap kesiapsiagaan juga meliputi langkah-langkah apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang terdampak. Di dalamnya termasuk bagaimana mekanisme organisasi dan institusi yang berbeda akan bekerja sama. Â
Â
Masih di tahap kesiapsiagaan, ditentukan pula apa kebutuhan warga terdampak yang nantinya perlu dipenuhi. Serta tidak lupa, dalam tahap ini ditentukan apa upaya perbaikan yang bisa dilakukan oleh pemerintah, organisasi, dan lembaga lainnya.
Â
Dalam tahap kesiapsiagaan, ada lima pilar yang terlibat, yaitu: koordinasi, masyarakat, standard atau sistem, stok, dan informasi mengenai logistik.
Â
Jika kesiapsiagaan sudah dilakukan, maka diharapkan pada saat peristiwa suatu jenis bencana atau kejadian (event) benar-benar terjadi, maka semua sudah siap dan tidak terjadi kepanikan. Namun, bisa dilihat betapa siklus dan langkah yang dilakukan cukup banyak dan membutuhkan waktu yang lama.
Â
Mendasarkan dari uraian di atas, maka langkah kesiapsiagaan dan deteksi dini menjadi sangat penting untuk menghadapi kejadian bencana, merebaknya penyakit, dan krisis lainnya agar kepanikan tidak perlu terjadi. Kedua langkah itu, kesiapsiagaan dan deteksi dini harus dilakukan jauh-jauh hari, karena pada saat krisis terjadi, waktu tidak berteman dengan kita.Â
Â
Nb: mohon maaf, karena mendengarkan radio sambil mengemudi, saya tidak sempat mencatat nama narasumber di Elshinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!