Mohon tunggu...
Dewantara
Dewantara Mohon Tunggu... Lainnya - Tenaga Ahli DPR RI

Dunia maya dalam rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peran Kementerian Agama Republik Indonesia dalam Menjahit Toleransi Beragama

14 September 2016   15:02 Diperbarui: 14 September 2016   18:54 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

uData yang dipaparkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bahwa pengguna internet di Indonesia saat ini telah mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) , Selamatta Sembiring mengatakan, situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter. Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar setelah USA, Brazil, dan India.

Menurut data dari Webershandwick, perusahaan public relations dan pemberi layanan jasa komunikasi, untuk wilayah Indonesia ada sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif. Sebanyak 33 juta pengguna aktif per-harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile dalam pengaksesannya per-bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile per-harinya.

Pengguna Twitter, berdasarkan data dari PT. Bakrie Telecom, memiliki 19,5 juta pengguna di Indonesia dari total 500 juta pengguna global. Twitter menjadi salah satu jejaring sosial paling besar di dunia sehingga mampu meraup keuntungan mencapai USD 145 juta. Selain Twitter, jejaring sosial lainnya yang dikenal di Indonesia adalah Path dengan jumlah pengguna 700.000 di Indonesia. Line sebesar 10 juta pengguna, Google+ 3,4 juta pengguna dan Linkedlin 1 juta pengguna.

Diunduh dari : http://2.bp.blogspot.com/-nlP3IWCYUSU/TpL1W9bu8iI/AAAAAAAAAA4/v4K72mfPNYg/s1600/World+Peace+Gong+copy.jpg
Diunduh dari : http://2.bp.blogspot.com/-nlP3IWCYUSU/TpL1W9bu8iI/AAAAAAAAAA4/v4K72mfPNYg/s1600/World+Peace+Gong+copy.jpg
Pada sisi yang lain Indonesia terbentuk dari, kurang-lebih 17 ribu pulau, 1.100 suku bangsa dan 300 bahasa, serta memiliki tiga zona waktu. Ditambah enam agama yang diakui oleh pemerintah dan agama lokal seperti Kejawen di Jawa, Sunda Wiwitan di Jawa Barat dan Banten, dan Parmalim di Sumatra Utara. Selain itu adalah pula Kaharingan yang dianut masyarakat Dayak di Kalimantan, Aluk Todolo di Toraja (Sulawesi Selatan), Marapu di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan masih banyak lagi.

Ulasan data diatas dapat menjadi gambaran besarnya pengguna internet dan sosial media di Indonesia. Penggunanya sendiri memiliki kepentingan yang bermacam-macam, sebagian hanya untuk bersenang-senang mengutarakan curahan hati. Sebagian lainnya menyampaikan pesan baik terbuka atau tersirat yang memiliki keterkaitan dengan masyarakat, bisa kita katakan adanya nuansa ideologis atau politik didalamnya.  Perlu digarisbawahi adalah peran mereka sebagai pemancar dalam menyebarkan ide, terutama bagi yang memiliki banyak pengikut. Sedikit banyak bisa membangun opini atau counter opini bagi berbagai isu yang beredar di dunia nyata. Sebut saja pesan-pesan melalui gambar maupun video yang tersebar. Kita dapat berkaca dari akun-akun yang mengkampanyekan perang di Suriah dari berbagai sudut yang berbeda. Perjuangan berbagai kelompok masyarakat dengan isu yang bervariasi dan lainnya. Dalam konteks Indonesia, kita dapat melihat bagaimana pertarungan sengit antara pendukung dari calon kepala daerah dan negara menjelang pemilihan umum.

Menurut penulis sendiri ada perbedaan tipikal dari pengguna sosial media dan dapat menjadi bahan pertimbangan. Pertama adalah pengguna sosial media Twitter, dilihat sekilas mereka tergolong kelas menengah dan sifatnya terbatas. Sifat terbatas terlahir dari keterbatasan karakter dalam menuliskan pesan, sehingga dibutuhkan pemilihan kata-kata yang padat sehingga pesan yang ingin disampaikan bisa sampai ketengah followersnya.  Kedua adalah Facebook, awalnya penggunanya sendiri dari kelas menengah, tapi dalam perjalannya digemari oleh seluruh lapisan masyarakat.

Keanekaragaman dapat menjadi kekayaan dan kesempatan untuk saling belajar sehingga dapat bertoleransi antar budaya dan agama. Tanpa adanya saling pengertian kekayaan tersebut bisa menjadi sumbu pendek perpecahan nasional. Dalam koridor keberagaman inilah peran Kementerian Agama Republik Indonesia sangat vital. Di era sosial media, hendaknya portal atau situs yang memiliki keterkaitan dengan Kementerian Agama Republik Indonesia menjadi pelopor dalam menyebarkan ide-ide tentang keberagaman. Ide keberagaman sendiri tidak terlahir semata-mata dari Kementerian, tetapi berdasarkan komunikasi dengan seluruh komponen masyarakat sehingga terlahir kesepahaman bersama melalui musyawarah untuk mufakat. Tidak hanya melibatkan agama-agama besar tetapi juga agama lokal.

Dalam membangun wacana keberagaman Kementerian Agama Republik Indonesia dapat membangun kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Hari ini semua orang tua sudah sadar dan terus mengupayakan generasi muda untuk mengenyam pendidikan yang terbaik. Terlihat dari tumbuhnya sekolah-sekolah dengan label internasional dan begitu sangat diminati. Pendidikan dipandang dapat menjadi fondasi bagi masa depan untuk menggapai impiannya. Dengan kuatnya pendidikan,  melalui kurikulum Kementerian Pendidikan dan Budaya dapat membangun konstruksi berfikir anak didik terutama dalam membangun budaya toleransi. Generasi muda sedari pendidikan paling dasar diajarkan untuk menghargai perbedaan. 

Sekolah sebagai wadah pendidikan formal sendiri bisa dikatakan memiliki kadar kenetralan karena diterimanya peserta didik dilihat berdasarkan kemampuan. Dilembaga pendidikan murid dapat belajar secara langsung interaksi antar agama dan budaya yang berbeda. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari dengan berinteraksi dalam kehidupan sosial dilingkungannya masing-masing. Terutama bagi mereka yang hidup di kota-kota besar seperti Jakarta. Diharapkan dengan peran pemerintah melalui kerjasama antar kementrian yang terkait dapat menjadi penggerak bagi seluruh komponen bangsa untuk sama-sama memperjuangkan dan memperkokoh toleransi dalam keberagaman. 

sumber

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun