Mohon tunggu...
Dedi Wahyudi
Dedi Wahyudi Mohon Tunggu... -

Writer terkenal,, trainer internasional

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setetes Air

13 Mei 2012   14:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:21 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingatlah bahwa di dunia ini kita berawal dari setetes air yang hina. Hingga menjadi manusia yang sempurna seperti ini. Ini tak lain hanyalah karunia Allah subhanahu wata’ala yang ilmunya tak terbatas oleh apapun. Maka dari itu sadarilah bahwa ilmu yang kita miliki tidak lebih hanya bagaikan setetes air yang jatuh di tengah samudera yang sangat luas jika dibandingkan dengan ilmu Allah. Apabila sudah begitu maka tidak sepantasnyalah kita sebagai manusia untuk menyombongkan diri terhadap ilmu yang dimilikinya. Karena sombong itu adalah sifat setan yang terkutuk.

Coba lihatlah sifat air yang selalu mengalir dari tempat yang tertinggi ke tempat yang lebih rendah. Menandakan sifat air yang selalu rendah hati, jika telah sampai di samudera maka tinggi air akan sama rata, menandakan bahwa kita semua memang sama sebagai makhluk Tuhan. Yang membedakan antara kita dengan yang lain hanyalah ketakwaan kita, sebagaimana perbedaan antara kadar air antara air yang satu dengan air yang lainnya.

Setetes air di ujung dedaunan pagi

Jernih bening tanpa setitik noda

Jika terjatuh oh sejuk rasanya

Bagaikan tersentuh hati oleh cinta

Setetes air di sela – sela pagi

Mengembun putih memeluk hati

Dingin udara menjadi saksi

Selendang putih merangkul sunyi

Setetes air begitu berarti

Tak ada segayung tanpa setetes

Tak ada selaut tanpa setetes

Tak ada hidup tanpa setetes

Setetes air memberkahi bumi

Manusia hidup dengan setetes

Tumbuhan hidup dengan setetes

Binatang hidup dengan setetes

Setetes air kehidupan

By : Deddy Khaled Meshaal

http://dedi-wahyudi.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun