Ingatlah bahwa di dunia ini kita berawal dari setetes air yang hina. Hingga menjadi manusia yang sempurna seperti ini. Ini tak lain hanyalah karunia Allah subhanahu wata’ala yang ilmunya tak terbatas oleh apapun. Maka dari itu sadarilah bahwa ilmu yang kita miliki tidak lebih hanya bagaikan setetes air yang jatuh di tengah samudera yang sangat luas jika dibandingkan dengan ilmu Allah. Apabila sudah begitu maka tidak sepantasnyalah kita sebagai manusia untuk menyombongkan diri terhadap ilmu yang dimilikinya. Karena sombong itu adalah sifat setan yang terkutuk.
Coba lihatlah sifat air yang selalu mengalir dari tempat yang tertinggi ke tempat yang lebih rendah. Menandakan sifat air yang selalu rendah hati, jika telah sampai di samudera maka tinggi air akan sama rata, menandakan bahwa kita semua memang sama sebagai makhluk Tuhan. Yang membedakan antara kita dengan yang lain hanyalah ketakwaan kita, sebagaimana perbedaan antara kadar air antara air yang satu dengan air yang lainnya.
Setetes air di ujung dedaunan pagi
Jernih bening tanpa setitik noda
Jika terjatuh oh sejuk rasanya
Bagaikan tersentuh hati oleh cinta
Setetes air di sela – sela pagi
Mengembun putih memeluk hati
Dingin udara menjadi saksi
Selendang putih merangkul sunyi
Setetes air begitu berarti
Tak ada segayung tanpa setetes
Tak ada selaut tanpa setetes
Tak ada hidup tanpa setetes
Setetes air memberkahi bumi
Manusia hidup dengan setetes
Tumbuhan hidup dengan setetes
Binatang hidup dengan setetes
Setetes air kehidupan
By : Deddy Khaled Meshaal
http://dedi-wahyudi.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H