Hujan bawa air mataku Yang mengalir membasuh lukaku Agar dia tahu ku tersiksa Tanpa cinta dia di hatiku
Hanya mampu berserah Moga cahaya tiba nanti
Tuhan tolong lembutkan hati dia Untuk terimaku seadanya Karena ku tak sanggup Karena ku tak mampu Hidup tanpa dia di sisiku
#####
Aku menatapmu yang terbaring lemah dengan infus. Andaikan bisa, ingin rasanya aku menggantikan dirimu. Namun apa daya, aku tak mampu melakukannya. Terkadang dalam hidup ini, sekeras apa pun kita berdoa namun itu tak akan terwujud. Bertukar tempat denganmu, misalnya.
Sudah sebelas hari, dirimu tak sadarkan diri. Selama itu juga aku menemanimu bersama kedua orang tua dan adik semata wayangmu, Agnes. Belasan kali kamu melewati terapi hingga rambutmu yang selalu kubelai lenyap, namun tak pernah sekali pun aku mendengar keluhmu. Yang ada hanya keluhku pada Tuhan sepanjang malam. Sekuat apa pun manusia untuk mempertahankan sesuatu, tak akan pernah mampu melawan kuasa Tuhan. Sebesar apa pun aku mencintaimu, Tuhan lebih mencintaimu. Sedalam apa pun rasa sakit di jiwa ini, kenyataan tak akan bisa berubah jika Tuhan yang berkehendak. “Sesungguhnya hanya Tuhanlah tempat kembali kita. Kuatkanlah kakimu untuk mencari Kehendaknya-Nya. Kuatkanlah tanganmu untuk selalu bersyukur pada-Nya. Sehingga keyakinan itu akan datang dan mulutmu mampu berkata…” Kamu menghentikan kalimatmu dengan sebuah hembusan nafas lemah. “‘Sesungguhnya, aku hidup untuk yang menghidupkanku, dan aku mati untuk yang mematikanku.” “Sayang… Mujizat itu pasti ada. Tuhan pasti akan memberikanmu kesembuhan,” ucapku diantara air mata membasahi pipiku. Sungguh perpisahan mampu membuat luka dan menghancurkan ego agar air mata mencair dan mengalir dengan penuh ketulusan. “Bukannya aku tak percaya mujizat. Terkadang menerima kenyataan adalah yang terbaik daripada mengharapkan mujizat yang sebenarnya tak akan menghampiri. Semua itu karena Tuhan ingin kita belajar untuk ikhlas.” “Aku sayang kamu…” “Waktu telah membuktikannya. Aku tak pernah meragukannya, Dewa. Namun ketika saatnya tiba, bukalah hatimu untuk wanita lain.” Itulah ucapan yang mampu terucap sebelum kamu koma. Pembicaraan terakhir kita sebelum kamu pergi selama-lamanya karena kanker otak.
#####
Rindu yang kembali ini membawaku ke pemakamanmu. Ditinggalkan itu berbeda dengan diputuskan. Namun aku menyadari satu hal, jangan pernah menggengam sesuatu dengan sangat erat. Karena rasanya akan jauh lebih sakit ketika Tuhan menggambilnya kembali. Mengenal dan mencintaimu adalah anugerah. Kehilanganmu adalah pelajaran berharga bagiku.
TAMAT
Berpisah itu tidaklah menyakitkan kecuali jika kamu tak bisa menyapanya lagi.
Dewa Klasik Alexander
@MotivatorSuper
Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
Mazmur 116:15