Mohon tunggu...
Dewa Gilang
Dewa Gilang Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Single Fighter!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politisasi Tafsir Quran Quraisy Syihab

16 Juli 2014   18:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:09 2725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tayangan "Tafsir Al-Misbah" yang dibawakan oleh pakar tafsir Alquran ternama, Quraisy Syihab, di Metrotv menuai kontroversi. Quraisy, pada Sabtu (12/07/2014), dikabarkan telah menghina Nabi Muhammad saw dengan pernyataannya bahwa Baginda Nabi belum tentu mendapatkan jaminan surga.

"Tidak benar. Saya ulangi tidak benar bahwa Nabi Muhammad mendapat jaminan surga. Surga itu hak prerogatif Allah. Memang kita yakin bahwa Beliau mulia. Mengapa saya katakan begitu? Karena ada seorang sahabat Nabi dikenal orang baik, terus teman-teman di sekitarnya berkata, "Bahagialah Engkau akan mendapat surga."

"Kemudian Nabi dengar, siapa yang bilang begitu? Nabi berkata, tidak seorang pun orang masuk surga karena amalnya, dia berkata baik amalnya akan masuk surga. Surga adalah hak prerogatif Tuhan," ujar Quraisy pada tayangan itu.

Bagi saya tidak ada masalah dengan pernyataan Quraisy tersebut. Jika dikaitkan dengan konteks amal baik dan surga sebagai hak prerogatif Tuhan, maka pernyataan Quraisy bisa diterima oleh saya. Bukankah selama ini kita kerap diajarkan bahwa amal baik bukan menjadi sebab seseorang meraih surga, melainkan kasih sayang (rahmat) Tuhan lah yang mengantarkan seseorang meraih surga? Sehingga seharusnya pernyataan Quraisy lebih ditekankan pada konteks dan bukan teks semata.

Tuduhan bahwa Quraisy telah menghina Nabi pun bak jauh panggang dari api. Tuduhan itu hanya bisa dihembuskan oleh orang-orang yang terbiasa berkutat dengan tekstual, terbiasa mengutip sepotong-sepotong dan berpikiran dangkal nan picik. Jika kita simak akhir pernyataan Quraisy yang menyatakan bahwa "Nabi Muhammad akan diberikan sesuatu yang menjadikan Beliau merasa puas dengan anugerah Tuhan....", maka Quraisy secara tidak langsung telah menyatakan Nabi mendapat jaminan surga.

Sayangnya segelintir orang yang berpikiran picik nan dangkal justeru memanfaatkan pernyataan Quraisy untuk memperkeruh suasana dengan menyeretnya ke ranah politik, tepatnya Pilpres 2014. Mereka menunggangi pernyataan Quraisy, yang telah dipelintir sedemikian rupa, untuk menjatuhkan Jokowi. Sebab, seperti diketahui bersama, Quraisy beberapa kali tampil mendampingi Jokowi.

Kemarin di Kompasiana, saya mendapati artikel yang membahas persoalan ini dan mengkaitkannya dengan Pilpres. Artikel yang ditulis oleh Kompasianer Ahmad Jono bahkan diberi judul dengan embel-embel "ulama pendukung Jokowi". Yang saya herankan, kapankan Quraisy Syihab menyatakan dirinya sebagai pendukung Jokowi? Pernahkah Quraisy berteriak lantang layaknya Said Aqil bahwa ia mendukung capres tertentu? Atau kapan Beliau mengadakan deklarasi dukungan terhadap salah satu calon layaknya kiai-kiai politik?

Lebih parah lagi ketika pernyataan Quraisy ini langsung dikait-kaitkan dengan Syiah dan kemudian digunakan untuk menggiring opini mengenai "kesesatan" Syiah seperti yang dilakukan oleh media-media Wahabi. Sudah bukan rahasia lagi bahwa media-media Wahabi selama ini gencar menyebarkan propaganda Quraisy Syihab adalah seorang Syiah.

Bahkan kader politik partai tertentu pun tidak melewati pernyataan Quraisy tersebut. Melalui akun twitternya @jonru, kader PKS bernama Jonru Ginting, dengan "semangat 45" mengulas pernyataan Quraisy dan mengkait-kaitkannya dengan Syiah. Jonru sendiri diketahui adalah salah satu pendukung dari capres Prabowo.

Sungguh disayangkan, Ramadhan yang seharusnya menjadi bulan pahala dan intropeksi diri justru digunakan oleh sebagian orang untuk memelintir pernyataan dan digunakan sebagai alat memojokkan seseorang. Lebih sayang mendapati pernyataan pelintiran itu diseret ke ranah politik praktis.

Gitu aja koq repot!

Selamat menikmati pentungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun