Mohon tunggu...
dewafreelance
dewafreelance Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Freelance yang mempunyai hobi membaca dan menulis tentang isu dan informasi serta di tulis kembali dalam bentuk karya

Saya seorang guru honorer dan mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan di salah satu kampus di salatiga .

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Tak Sampai di Desa Cempaka

15 Desember 2024   19:33 Diperbarui: 15 Desember 2024   19:33 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di Desa Cempaka, tersebar kabar tentang ibu lurah baru yang cantik dan cerdas. Namanya Sinta, lulusan universitas ternama di kota besar. Meski masih muda, ia memiliki visi dan misi yang jelas untuk memajukan desa. Semua orang terkesan padanya, tetapi tak ada yang lebih terkesan daripada seorang pemuda sederhana bernama Arman.
 Pertemuan yang Tak Terduga

Arman adalah pemuda desa yang dikenal rajin dan jujur. Pekerjaannya sebagai pengrajin kayu membuatnya sering berkeliling desa mencari bahan. Suatu hari, saat Arman mencari kayu di hutan dekat kantor desa, ia bertemu Sinta yang sedang melakukan inspeksi. Pandangan mereka bertemu, dan dalam sekejap, benih cinta mulai tumbuh di hati keduanya.

Kebersamaan yang Menyenangkan

Sejak pertemuan itu, Sinta dan Arman sering berbincang. Mereka berbagi mimpi dan harapan untuk Desa Cempaka. Sinta kagum dengan ketulusan Arman, sementara Arman terpikat dengan kecerdasan dan kebaikan hati Sinta. Kebersamaan mereka menjadi bahan pembicaraan warga desa, namun tidak ada yang berani meragukan niat baik keduanya.

Namun, cinta mereka tidak semulus yang dibayangkan. Ayah Sinta, seorang pengusaha kaya di kota, tidak setuju dengan hubungan tersebut. Ia menganggap Arman tidak sepadan dengan putrinya. Sinta berada di persimpangan, antara cinta dan kewajiban kepada keluarganya.

Suatu malam, Sinta dan Arman bertemu di tepi sungai, tempat favorit mereka. Sinta, dengan air mata di matanya, mengungkapkan bahwa ia harus kembali ke kota untuk memenuhi keinginan orang tuanya. Arman, meski hatinya hancur, memahami posisi Sinta.

Hari perpisahan tiba. Arman mengantar Sinta ke stasiun kereta. Di sana, mereka saling berjanji bahwa cinta mereka akan selalu abadi meski harus terpisah oleh jarak dan waktu. Dengan berat hati, Sinta naik ke kereta, meninggalkan Arman yang berdiri termenung di peron.

Meski berpisah, cinta di antara mereka tidak pernah pudar. Sinta menjalani kehidupannya di kota, sementara Arman tetap di Desa Cempaka, menjaga kenangan indah mereka. Setiap hari Arman mengukir hiasan kayu berbentuk bunga cempaka, simbol cinta mereka, sambil berharap suatu hari Sinta akan kembali.

Cinta mereka memang tidak berakhir bahagia, tetapi kenangan tentang kebersamaan mereka tetap hidup di hati masing-masing, mengajarkan bahwa cinta sejati tidak harus memiliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun