Mohon tunggu...
dewafreelance
dewafreelance Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Freelance yang mempunyai hobi membaca dan menulis tentang isu dan informasi serta di tulis kembali dalam bentuk karya

Saya seorang guru honorer dan mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan di salah satu kampus di salatiga .

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Tergapai oleh Cintaku

13 November 2024   08:33 Diperbarui: 13 November 2024   09:12 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali kami bertemu, aku terus berusaha menunjukkan bahwa aku adalah orang yang bisa diandalkan. Aku berharap, seiring berjalannya waktu, dia akan melihatku lebih dari sekadar teman. Namun, harapan itu seolah semakin jauh dari kenyataan.

Puji sering bercerita tentang perjalanan hidupnya, impian-impian yang ingin dia capai, dan orang-orang yang menginspirasi dia. Di setiap kisahnya, aku merasa semakin terpesona oleh keteguhan dan semangatnya. Namun, di balik kekaguman itu, ada perasaan perih yang tak bisa kuhilangkan.

Seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa Puji adalah sosok yang terlalu berharga untuk dipaksa menerima perasaan yang tidak dia inginkan. Aku harus belajar melepaskan cinta ini, meskipun itu berarti aku harus mengorbankan sebagian dari diriku.

Pada suatu sore yang cerah, aku mengajak Puji untuk berjalan-jalan di taman kota. Kami duduk di bangku taman, menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah kami. Di sana, aku mengungkapkan perasaanku sekali lagi, kali ini dengan ketulusan yang lebih mendalam.

"Puji, aku tahu kita sudah membicarakan ini sebelumnya, tapi aku merasa perlu untuk mengatakannya lagi," kataku sambil menatap ke arah langit biru. "Aku mencintaimu, dan meskipun perasaanku tidak terbalas, aku akan selalu menganggapmu sebagai teman terbaikku."

Puji tersenyum, dan untuk pertama kalinya, aku melihat air mata mengalir di pipinya. "Terima kasih telah jujur padaku. Aku sangat menghargai dirimu sebagai sahabat yang selalu ada," katanya dengan suara lembut.

Sejak hari itu, aku mencoba untuk melanjutkan hidupku. Aku fokus pada karier dan hobiku, berusaha mencari kebahagiaan di tempat lain. Meski cinta untuk Puji tetap ada, aku belajar untuk menyimpannya dalam kenangan yang indah.

Kami masih sering bertemu, dan setiap pertemuan selalu membawa cerita baru. Aku merasa bersyukur karena bisa mengenal Puji, meskipun cinta ini tak pernah tergapai.

Dalam perjalanan hidupku, aku menyadari bahwa cinta tidak selalu harus dimiliki. Terkadang, cukup dengan mencintai dari kejauhan, menghargai setiap momen yang ada, dan memahami bahwa cinta sejati adalah ketika kita mampu merelakan seseorang yang kita cintai untuk bahagia, meskipun itu berarti kita harus melepaskannya.

Melalui hubungan ini, aku belajar banyak hal tentang cinta dan kehidupan. Aku belajar bahwa cinta yang tulus adalah tentang memberi tanpa mengharapkan imbalan, dan bahwa persahabatan sejati bisa lebih berarti daripada sekadar hubungan romantis.

Puji telah mengajarkanku untuk melihat dunia dengan cara yang lebih luas, untuk menghargai setiap detik yang kita miliki, dan untuk berani menghadapi kenyataan meskipun itu menyakitkan. Aku bersyukur karena mengenal dia, sosok yang membuatku menjadi pribadi yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun