Setelah acara gathering, hubungan antara Larasati dan Rudi menjadi semakin dekat. Mereka sering bertukar pesan dan saling menyapa setiap kali bertemu di kantor. Larasati merasa nyaman berbicara dengan Rudi, sementara Rudi merasa terhormat bisa mengenal lebih dekat sosok pemimpin perusahaan yang dikagumi banyak orang.
Suatu hari, Larasati mengajak Rudi untuk makan siang bersama di sebuah kafe dekat kantor. Momen itu menjadi kesempatan bagi mereka untuk lebih mengenal satu sama lain. Larasati berbagi cerita tentang masa kecilnya, sementara Rudi bercerita tentang keluarganya yang tinggal di desa.
Namun, hubungan mereka tidak selalu mulus. Rudi sering merasa minder karena perbedaan status sosial yang begitu jauh. Ia takut dicibir oleh rekan-rekan kerja lainnya dan merasa tidak pantas berada di dekat Larasati. Keraguan ini semakin membesar ketika desas-desus tentang kedekatan mereka mulai tersebar di kantor.
Larasati, yang menyadari perubahan sikap Rudi, berusaha menenangkan. "Rudi, jangan dengarkan apa kata orang lain. Yang penting adalah perasaan kita dan bagaimana kita saling mendukung satu sama lain."
Rudi tersenyum getir. "Saya hanya khawatir, Bu. Saya tidak ingin Anda merasa malu karena dekat dengan orang seperti saya."
Larasati menggenggam tangan Rudi dengan lembut. "Kamu adalah teman yang sangat berarti bagiku, Rudi. Jangan pernah meragukan itu."
Seiring waktu, perasaan di antara Larasati dan Rudi semakin dalam. Mereka mulai menyadari bahwa apa yang mereka rasakan lebih dari sekadar persahabatan. Namun, keduanya masih ragu untuk mengungkapkan perasaan masing-masing, takut jika hubungan mereka akan berubah.
Suatu malam, ketika Larasati sedang lembur di kantor, Rudi menawarkan diri untuk menemaninya. Mereka menghabiskan waktu bersama, berbicara dan saling bercerita hingga larut malam. Di momen itu, Larasati akhirnya memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya.
"Rudi, ada sesuatu yang ingin aku katakan. Aku merasa nyaman dan bahagia setiap kali bersamamu. Aku rasa, aku jatuh cinta padamu," ujar Larasati dengan suara bergetar.
Rudi terkejut, namun kemudian tersenyum hangat. "Aku juga merasakan hal yang sama. Aku mencintaimu, Larasati."
Setelah pengakuan tersebut, Larasati dan Rudi memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Meskipun banyak rintangan yang harus mereka hadapi, keduanya tetap teguh pada perasaan mereka. Larasati belajar bahwa cinta sejati tidak memandang status atau penampilan, melainkan bagaimana seseorang bisa membuatmu merasa dihargai dan dicintai apa adanya.