A-Ma Temple adalah salah satu kuil tertua yang ada di Macau. Bahkan sebelum Macau terpisah dari Tiongkok, kuil ini sudah digunakan sebagai tempat beribadah. Gapura, ornamen, dan ukiran di dalamnya sangat khas. Kita bebas masuk, tapi ada beberapa lokasi yang tertutup untuk umum.Â
Bagi yang ingin ikut sembahyang pun tidak ada yang melarang. Disediakan tempat khusus untuk membeli dupa, sebagai sarana utama untuk bersembahyang. Saya dan beberapa rekan ikut serta dalam ritual. Selain kuil utama, ada pula beberapa kuil yang lain, dimana untuk mengaksesnya musti menaiki rangkaian anak tangga. Saya tidak sempat lagi melihat-lihat, karena guide sudah memanggil untuk naik ke bus.
Di Macao, banyak sekali hotel-hotel yang menyediakan hiburan, yang bisa ditonton secara gratis. Salah satunya di Wynn Hotel. Di hotel ini ada pertunjukan Wynn Water Fountain Show. Dimulai pukul 18.00 sampai 00.00, setiap 15 menit sekali. Model atraksinya seperti air terjun menari, yang dibarengi dengan alunan musik dan tarian modern. Semakin meriah dengan tambahan tata lampu warna-warni.
Sebelum menuju hotel untuk beristirahat, kami diajak mampir ke The Venetian. Disinilah saya baru tahu kenapa Macao dijuluki Las Vegas-nya Asia. Di dalamnya saya mendapati casino yang sangat luas. Benar-benar super luas. Berbagai jenis permainan judi ada di sana. Benar-benar super lengkap. Saya yang hanya berbekal uang pas-pasan, hanya bisa melihat-lihat saja. Namun, tidak hanya casinoyang tersedia di sana.
 Ada pula mall super besar. Sepuluh kali lipat lebih besar dari mall di Bali. Sepertinya semua merek terkenal dunia ada counter-nya di sana. Paling menarik perhatian saya adalah adanya sungai buatan di tengah mall. Sungai itu memutari mall, dan pengunjung bisa menyewa gondola untuk berkeliling. Saya seperti sedang berada di Venice, kota air yang romantis di Italia. Pas sekali buat mereka untuk datang bersama pasangan.
Seorang rekan yang sudah sering bolak-balik Macau, kami daulat bagai guide dadakan. Dia mengajak kami ke Lisboa Hotel. Di sini ternyata juga ada casino, yang ukurannya tidak kalah besar dengan di The Venetian. Modal pas-pasan kami mampir doang buat foto-foto di lobinya. Banyak sekali ornamen-ornamen keren yang bisa dijadikan latar foto.
 Dan asyiknya, tidak ada satpam yang ngusir padahal kami cekakak-cekikik di sana. Lanjut kemudian, kami jalan kaki lagi ke Wynn Hotel. Di sana kami menyaksikan pertunjukan Dragon of Fortune. Efek audio dan tata cahaya dahyat, diakhiri dengan kemunculan sang naga dari balik asap tebal.
Sampai tengah malam, kami habiskan waktu mencari latar keren untuk foto-foto. Biasalah anak muda. Mengingat besoknya kami harus kembali ke Hong Kong, untuk terbang balik ke Bali.
Kalau saya dapat lagi kesempatan datang ke Macao, tentu akan sangat menyenangkan. Masih banyak sekali tempat yang belum saya kunjungi. Masih ada Benteng Guia, Museum Grand Prix, Macau Tower, Flora Garden, Gereja St. Dominic, Macau Giant Panda Pavilion, Dr. Sun Yat Sen Memorial House, Casa Garden, Museum Wine, Nam Van Lake Cybernetic Fountain, dan lain-lain. Panjang banget nih daftarnya. Jelas penasaran dong, kan diantara tempat-tempat itu ada yang diakui oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), sebagai situs warisan dunia.
Belum lagi wisata kuliner yang tidak bisa dilakukan, kalau kita datang dengan grup. Wisata yang berupa paket membuat kita tidak bebas bergerak. Tempat makan sudah ditentukan dalam paket. Dari beberapa yang sempat saya cicipi, yang mencuri perhatian adalah jenis sayurannya. Sayuran yang disajikan kebanyakan tidak berbumbu. Benar-benar direbus apa adanya. Kata guide kami sih, orang-orang Macao memang senang makanan seperti itu. Baik untuk kesehatan katanya.
Kata teman, kalau ke Macao lagi wajib datang ke Kwun Ya Kai - Taipa. Banyak toko-toko kue dan panganan khas Macao. Belum lagi makanan-makanan khas Macau yang musti dicoba, antara lain: Egg Tart, Roti Daging, Bubur Kepiting, Serradura, Kue Kenari, Bakkwa, Minchi, Bacalhau, dan lainnya. Aduh, dibayangin saja sudah bikin ngiler nih.