Mohon tunggu...
Puisi

Satu Darah Satu Amarah, Ada Darah yang Harus Terjarah

29 Mei 2015   21:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:28 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Darah tidak cukup membendung amarah.
Kesakitan tidak cukup terbayar kematian.
Adalah kebencian yang mulai tumbuh.
Membangun jiwa, menggenggam logika.

Engkau tidak harus tau tentang semua.
Karena luka tidak terbagi..

Ketenangan adalah kematianmu.
Kedamaian adalah kesengsaraanmu.

Hingga jiwa terbang melayang,
Adalah cerita yang tak kikis oleh masa.
Hilanglah sudah rasa percaya.
Ketika api kau sulut terlalu jauh.

Dan engkau bangga ?
Engkau benar ?
Semua orang menginginkanmu ?
Kau harus bangga, kau benar, semua orang menginginkanmu, menginginkanmu mati !

Rasa penyesalan yang mendalam akan dirasakan.
Kesakitan luar biasa akan kau terima.
Lelah, letih, frustasi.
Semua adalah kenyataan yang harus dihadapi.

Mimpi-mimpi akan mulai mati.
Ilusi hanya bermain dalam imajinasi.
Di alam bawah sadar adalah kehidupan.
Terasing, terpasung, terluka dalam jiwa.

Takan ada kedamaian, takan ada ketenangan..

Hingga penghakiman tiba, bersiaplah untuk tercampakan.
Bersiaplah untuk terasingkan.

Sama seperti diriku yang terhina.
Sama seperti rasaku yang kau sirnakan.

Dendam ini takan hilang dan tenggelam.
Aku adalah kerdil untuk matamu.
Dan aku adalah ancaman nyata untukmu.

Tersenyumlah..
Tertawalah..
Sampai ketika mata terbelalak.
Sampai ketika mulut menganga.

Andai hukum rimba adalah sah dan nyata.
Andai tiada penghakiman penguasa.
Ada dendam yang tak bisa diredam.
Ada darah yang harus terjarah.

Kau adalah kebencian mutlak untuku.
Kau adalah sumber dari segala sakitku.
Satu darah, satu amarah, ada darah yang harus terjarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun