Mohon tunggu...
Dewa Ayu Putu Putri Sanjani
Dewa Ayu Putu Putri Sanjani Mohon Tunggu... Guru - guru

film, video, fotografi, traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Eskplorasi Konsep Modul 3.2-Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

27 Mei 2023   01:54 Diperbarui: 27 Mei 2023   01:52 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salam dan bahagia Bapak Ibu Guru Hebat !

Mari kita mengeksplorasi konsep pada modul 3.2 yaitu Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. 

1. Apakah kita bisa menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya sekolah kita? Bisakah kita mengganti kata komunitas menjadi sekolah, Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset? Mengapa?

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset sangat bisa digunakan untuk mengelola sumber daya sekolah. komunitas dalam sekolah terdiri dari kepala skeolah, pendidik, tenaga kependidikan, murid, kepala sekolah, komite dan pengawas sekolah yang kesemuanya saling berinteraksi dan saling berkaitan. semua unsur yang ada di sekolah merupakan sebuah aset. Kekuatan/potensi/aset yang dimiliki sekolah   dapat di manfaatkan dan dikembangkan untuk kemajuan sekolah. 

Kekuatan/potensi/aset yang dimiliki sekolah dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun visi yang berkualitas untuk sekolah, meningkatkan kualitas sekolah, melaksanakan aksi nyata terhadap visi serta sebagai penunjang hidup sekolah secara berkelanjutan. Sekolah selalu berusaha untuk memberdayakan Kekuatan/potensi/aset yang dimiliki dan menggunankan secara efektif dan efisien. 

Setiap sekolah memiliki kemandirian untuk menghadapai setiap tantangan yang ditemui. Sekolah meurpakan bagian dari komunitas. Berdasarkan hal tersebut, Pendekatan pengembangan komunitas berbasis asset dapat diganti dengan Pendekatan pengembangan sekolah berbasis asset atau Pendekatan pengembangan komunitas berbasis asset

2. Apa contoh pengelolaan sumber daya sekolah kita dengan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset?

Seluruh warga sekolah punya keinginan untuk memiliki lingkungan yang nyaman untuk mengembangkan kompetensinya. Suatu perubahan akan terwujud secara maksimal jika seluruh unsur sekolah yang dalam hal ini adalah aset sekolah bekerja sama. Sikap tanggung jawab dimiliki oleh setiap warga sekolah untuk memajukan sekolah, sehingga dapat menumbuhkan lingkungan yang kondusif baik guru dengan murid, guru dengan guru, murid dengan murid dan seluruh yang terkait dengan aset sekolah. contoh pengelolaan sumber daya sekolah misalnya ketika mensukseskan suatu program yang akan atau sedang di jalankan pasti akan memperhatikan aset yang dimiliki. Untuk itu baik dari potensi, sarana prasarana, keuangan, komitmen, dan karakter komunitas, kolaborasi antar warga sekolah serta semua pemangku kepentingan perlu dikuatkan supaya dapat mewujudkan sekolah yang mampu mengoptimalkan SDM yang dimiliki.

3. Bagaimanakah selama ini kita mengelola sumber daya? Apakah sudah menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset?

Iya. Selama ini kita sudah menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset namun belum secara optimal. sebelumnya kita fokus pada hal yang bersifat fisik/terlihat seperti  lahan, sarana prasarana dan keuangan yang mendukung Pendekatan Komunitas Berbasis Aset, namun adanya aset berupa budaya dan kearifan lokal serta karakteristik warga sekolah merupakan aset yang tidak kalah penting untuk  memberdayakan potensi sumber daya yang ada. 

4. Jika belum, bagaimana caranya kita mengelola dengan Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset?

Untuk mengoptimalkan pendekatan komunitas berbasis aset harus ditunjang dengan pemenuhan 7 aset utama dalam lingkungan sekolah diantaranya

  1. model manusia

  2. modal sosial

  3. modal fisik

  4. modal lingkungan/alam

  5. modal finansial/keuangan

  6. model politik

  7. model agama/budaya

Selain itu kita juga menitikberatkan pada kekuatan/aset/potensi yang dimiliki, mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna, kemandirian untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan, serta adanya kerjasama seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas.

Jawaban Studi Kasus 1: 

Saya melihat kasus Ibu Lilin  cenderung merujuk pada Pendekatan Berbasis Masalah (Deficit Based Thinking). Karena pada uraian kasus Ibu Lilin fokus pada apa yang menjadi kendala ketika beliau mengajar, saat beliau mencari solusi beliau hanya berpatokan pada kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh muridnya, yaitu efek dari perubahan regulasi PPDB Zonasi yang digulirkan sehingga karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen. Sudah tentu hal ini akan membuat beliau kewalahan, emosi dan marah yang meledak ketika menghadapi masalah dengan muridnya.

Jika saya menjadi kepala sekolah saya akan mengadakan pertemuan santai dengan Ibu Lilin dan menggunakan pendekatan untuk menggali keluhan yang dirasakan oleh Ibu Lilin, kekuatan /potensi yang dimiliki oleh dirinya dan kemungkinan kekuatan /potensi yang dimiliki oleh muridnya. Selain itu saya sebisa mungkin mendorong Ibu Lilin untuk memberdayakan keberagaman peserta didik yang ada di kelasnya misalnya dari bakat atau minat atau kompetensi yang dimiliki murid. Sehingga hal tersebut dapat dijadikan acuan untuk membuat dan merencanakan kembali pembelajaran yang inovatif sesuai dengan potensi peserta didik dan sumber daya yang ada.

Jawaban Studi Kasus 2: 

Menurut Saya, Pak Pupur seharusnya dapat menerima rekomendasi sebagai Pengawas Sekolah. Pak Pupur memiliki aset yang berkualitas untuk dapat lulus sebagai Pengawas Sekolah. Jika menjadi pengawas, walaupun Pak Pupur tidak bisa mengajar, namun Pak Pupur bisa menjadi teladan murid serta guru lain karena memiliki potensi dan sumber daya yang mumpuni, maka banyak harapan kepadanya untuk memberikan perubahan positif terhadap ekosistem dalam sekolah dan perbaikan terhadap kualitas dan mutu pendidikan di sekolahnya. 

Jika saya menjadi kepala sekolah saya akan mendorong Pak Pupur untuk menguatkan diri terhadap kekuatan yang dimilikinya. Menyakinkan Pak Pupur bahwa kekuatan/potensi/aset yang dimilikinya layak di tularkan kepada banyak orang khususnya murid dan guru. Salah satu cara untuk berbagi adalah menjadi Pengawas sekolah. Nantinya Pak Pupur dapat mengarahkan Guru untuk menjadi Guru yang baik dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Jadi Pak Pupur menularkan praktik baik dalam kemajuan komunitas sekolah.

Semoga bermanfaat !

Terima kasih

Matur suksma

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun