Mohon tunggu...
dewa auditama
dewa auditama Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

futsal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Sosial dari Tradisi Ngaben

8 Agustus 2024   20:45 Diperbarui: 8 Agustus 2024   20:50 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak Sosial Tradisi Ngaben
 
         Tradisi Ngaben merupakan salah satu ritual penting dalam budaya Bali,  terkait dengan upacara kremasi. Ngaben dengan proses kremasi yang ada pada zaman sekarang tidak lah jauh berbeda, hanya saja berbeda dicara pengabuan jenazah. Proses pengabuan jenazah dari  ngaben sendiri dilakukan dengan cara dibakar di atas tungku api yang menyala, abu dari proses ngaben ini tidak dapat dikumpulkan karna abu dari jenazah tersebut telah menyatu dengan tungku pembakaran. Dan kremasi modern dilakukan dengan cara memasukkan peti jenazah kedalam sebuah ruangan dan di ruangan tersebut akan dinyalakan api dengan suhu yang tinggi, sedangkan abu dari proses kremasi ini dapat dikumpulkan. Ngaben bukan hanya merupakan proses pemakaman, tetapi juga merupakan perwujudan dari keyakinan spiritual dan budaya masyarakat Bali. Upacara ini memiliki dampak sosial yang yang meliputi aspek keagamaan, sosial, dan ekonomi.
         Dari perspektif keagamaan, Ngaben adalah bagian dari ajaran Hindu-Bali yang memandang kremasi sebagai langkah penting dalam siklus reinkarnasi. Dalam keyakinan ini, proses kremasi dipercaya membantu jiwa untuk mencapai moksha atau pembebasan dari siklus kelahiran kembali. Dengan demikian, Ngaben memiliki makna spiritual yang dalam dan berfungsi untuk membantu arwah dalam perjalanan menuju kehidupan setelah kematian. Ritual ini menjadi sarana untuk memperkuat iman dan praktik keagamaan masyarakat Bali.
         Secara sosial, Ngaben memiliki peran penting dalam memperkuat hubungan komunitas. Upacara ini biasanya melibatkan seluruh anggota komunitas, baik dalam persiapan maupun pelaksanaannya. Partisipasi dalam Ngaben bukan hanya merupakan bentuk dukungan terhadap keluarga yang berduka, tetapi juga mempererat hubungan antarwarga. Melalui kegiatan gotong royong, masyarakat Bali menunjukkan rasa solidaritas dan kebersamaan yang kuat, yang menjadi salah satu ciri khas kehidupan sosial mereka.
         Namun, tradisi Ngaben juga dapat menimbulkan tantangan sosial, terutama bagi keluarga yang kurang mampu. Biaya untuk menyelenggarakan upacara ini bisa sangat tinggi, tergantung pada kerumitan dan status sosial keluarga. Keluarga yang menghadapi keterbatasan finansial mungkin harus berjuang untuk memenuhi biaya upacara, yang dapat menambah beban emosional dan ekonomi bagi mereka. Dalam beberapa kejadian, Keluarga perlu menjual beberapa aset mereka agar bisa melangsungkan upacara ini, hal ini bisa berdampak terhadap kesejahteraan mereka.
       Dampak terhadap perekonomian dari Ngaben juga cukup signifikan. Upacara ini memerlukan pengeluaran besar untuk berbagai aspek, termasuk penyediaan bahan-bahan upacara, jasa dari tukang upacara, dan kerajinan lokal. Hal ini menciptakan peluang ekonomi dan memicu kegiatan bisnis, seperti pembuatan perhiasan dan penyediaan makanan. Di sisi lain, ketergantungan pada biaya upacara yang tinggi dapat memicu ketidakseimbangan ekonomi, terutama bagi keluarga yang kurang mampu dan memerlukan biaya yang tinggi untuk menjalankan tradisi.
         Ngaben juga berfungsi sebagai alat pelestarian adat istiadat. Ritual ini melibatkan berbagai elemen budaya, seperti tarian, doa, dan upacara yang diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui partisipasi dalam Ngaben, masyarakat Bali tidak hanya menjalankan kewajiban religius mereka tetapi juga melestarikan budaya dan tradisi mereka. Upacara ini memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk belajar dan memahami nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh leluhur mereka.
         Namun, perlu juga dipertimbangkan bahwa tradisi Ngaben, dengan segala kerumitan nya, dapat mengalami perubahan seiring waktu. Modernisasi dan tekanan ekonomi mungkin mempengaruhi cara masyarakat melaksanakan upacara ini. Beberapa keluarga mungkin mencoba menyesuaikan upacara dengan kondisi keuangan mereka, sementara yang lain mungkin berusaha mempertahankan tradisi meskipun menghadapi tantangan. Perubahan ini menunjukkan dinamika dalam pelestarian tradisi dan adaptasi terhadap kebutuhan zaman.
         Secara keseluruhan, dampak sosial dari tradisi Ngaben meliputi aspek keagamaan, sosial, dan ekonomi yang saling berinteraksi. Meskipun tradisi ini memperkuat identitas budaya dan solidaritas sosial, juga terdapat tantangan terkait dengan biaya dan kesejahteraan keluarga. Memahami dampak-dampak ini penting untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan kebutuhan praktis masyarakat Bali. Dengan pendekatan yang bijaksana, Ngaben dapat terus menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Bali tanpa mengabaikan kesejahteraan sosial dan ekonomi mereka. Meskipun banyak sisi positif negatif dari tradisi ngaben ini, tradisi ini harus dilestarikan karna ngaben sudah menjadi tradisi turun menurun dari masa lampau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun