Delirium adalah gangguan mental serius yang menyebabkan penderita mengalami kebingungan parah dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar. Gangguan mental tersebut disebabkan perubahan yang cepat dalam fungsi otak yang terjadi bersamaan dengan penyakit mental atau fisik. Akibatnya, penderita delirium mengalami kesulitan dalam berpikir, mengingat, berkonsentrasi, atau tidur.
Delirium menjadi gejala baru Covid-19 yang diamati dari pasien yang terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona. Menurut Journal of Clinical Immunology and Immunotherapy, delirium adalah keadaan di mana kesadaran seseorang menjadi terganggu.Â
"Delirium adalah keadaan kebingungan di mana orang tersebut merasa tidak berhubungan dengan kenyataan, seolah-olah mereka sedang bermimpi" ungkap Javier Correa, Peneliti UOC.
Delirium sering terjadi pada penyakit-penyakit yang menganggu fungsi otak. Namum, bisa juga terjadi pada pasien dengan kelainan metabolik seperti hipoglikemia (gula darah rendah), hiponatremia (kadar sodium dalam darah rendah) dan lain sebagainya.Â
Penyebab Dan Faktor Risiko Delirium
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan delirium antara lain:
- Konsumsi obat-obatan tertentu atau keracunan obat.
- Kecanduan alkohol dan gejala putus alkohol.
- Keracunan.
- Operasi atau prosedur medis lainnya yang melibatkan pembiusan.
- Penyakit kronis atau berat.
- Dehidrasi.
- Gangguan tidur atau gangguan emosi.
- Gangguan elektrolit.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena delirium adalah:
- Memiliki kelainan pada otak.
- Berusia lanjut atau di atas usia 65 tahun.
- Pernah mengalami delirium sebelumnya.
- Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran.
- Menderita kombinasi beberapa penyakit.
Sebuah studi menemukan bahwa delirium mungkin menjadi gelaja peringatan dini infeksi virus Covid-19 pada usia lanjut. Gejala delirium yang umum yakni kebingungan, kurang fokus, disorientasi dan perubahan kognitif lainnya.
Penyebab Pasien Covid-19 alami Delirium
Delirium dapat terjadi pada pasien yang terinfeksi Covid-19 yang disebabkan oleh berbagai sebab, yakni:
Infeksi langsung ke jaringan otak
- Inflamasi (peradangan) jaringan parenkim otakÂ
- Ensefalopati akibat toksin krn proses perjalanan penyakit Covid-19
- Gagal nafas yang menyebabkan otak mengalami kekurangan oksigen beratÂ
- Infeksi berat yang memengaruhi organ2 vital
- Hiperkoagulasi (pengentalan darah yang hebat) sehingga mengganggu aliran darah ke otak
Pengobatan Delirium
Untuk mengatasi delirium, beberapa langkah yang dapat ditempuh, antara lain:
- Menjaga pengidap agar tidak mengalami kecelakaan selama perawatan karena kesadarannya yang menurun.
- Menangani penyebab dari delirium, seperti penurunan kadar gula darah dan infeksi.
- Mencegah komplikasi yang dapat timbul selanjutnya, seperti gangguan buang air besar, buang air kecil, atau imobilisasi.
Pasien dirawat di rumah sakit karena Covid-19 dan membutuhkan ventilator, termasuk rentan terhadap delirium. Dengan mengidentifikasi delirium sebagai gejala Covid-19 pada pasien sebelum dirawat, dinilai penting untuk melindungi orang lain dari infeksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H