Mohon tunggu...
Dewa Kurniawati
Dewa Kurniawati Mohon Tunggu... pegawai negeri -

hanya seorang tukang obat yang suka mbolang...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Lost in Bukittinggi (Balada Tukang Jalan yang Enggak Tahu Jalan)

17 Agustus 2015   20:26 Diperbarui: 17 Agustus 2015   20:49 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Denah Lobang Jepang"]

[/caption]

Lobang Jepang merupakan sebuah terowongan (bunker) perlindungan yang dibangun tentara pendudukan Jepang sekitar tahun 1942 untuk kepentingan pertahanan. Lobang Jepang dibangun sebagai tempat penyimpanan perbekalan dan peralatan perang tentara Jepang, dengan panjang terowongan mencapai 1400 m dan berkelok – kelok serta memiliki lebar sekitar 2 meter. Sejumlah ruang khusus terdapat di terowongan ini, diantaranya adalah ruang pengintaian, ruang penyergapan, penjara, dan gudang senjata.

[caption caption="pintu masuk Lobang Jepang"]

[/caption]

Setelah puas berkeliling dan berfoto tentunya di Lobang Jepang, kami memutuskan untuk bergegas pulang.

“Kita gak mau ke Ngarai Sihanok nih Wa ? nanggung udah sampe sini” tanya kak Aini pada saya. Jam di pergelangan tangan kiri saya sudah menujukkan pukul setengah empat sore, estimasi waktu perjalanan yang kami butuhkan untuk sampai ke Padang sekitar 2 – 3 jam (itupun kalo gak pake macet).

“Ini kan bukan Jakarta ka, yang angkutan umum ada sampe 24 jam, kita juga gak tau kondisi disini gimana, kalau ternyata angkutan ke Padang cuma ada sampe sore ini aja gimana?” kataku mengingatkan. Kami akhirnya sepakat untuk bergegas pulang, meskipun sayang rasanya belum sempat ke Ngarai Sihanok yang terkenal itu. Kami menaiki angkutan umum menuju perempatan Jambu Air. Katanya (lagi – lagi setelah kami bertanya kepada beberapa orang yang kami temui di jalan) disana banyak travel, bus, maupun angkutan lainnya menuju Padang.

[caption caption="Tangga menuju lorong - lorong Lobang Jepang"]

[/caption]

Setelah menunggu cukup lama namun tak juga mendapatkan angkutan untuk kembali ke Padang, kami memberanikan diri bertanya kepada seorang perempuan yang juga tengah menunggu angkutan di perempatan Jambu Air.

“Kakak mau ke Padang juga? Dari tadi saya tunggu disini tapi belum dapet juga kak angkutan yang ke Padang”. Mendengar itu, saya langsung saling tatap dengan kak Aini.

“Kemarin kan tanggal merah kak, jadi hari ini yang pulang ke Padang banyak, dari tadi saya tunggu disini juga bisnya penuh semua kak”. Alamaakkkk... cemana hendak kami balik ke Padang kalo kaya gini. Saya langsung menghubungi Uni Pipit dan Bunda Yetty, berharap mereka bisa memberi tahu saya alternatif kendaraan untuk kembali ke Padang. Sambil menunggu balasan dari dua teman saya yang juga kompasianer asal Padang, kami menunggu di perempatan Jambu Air, dan dibantu dua orang polisi yang juga mencarikan kami angkutan. Tapi hasilnya tetap sama. Semua angkutan menujun Padang penuh. Ditengah harapan yang mulai hilang, si adik mahasiswa yang juga hendak pulang ke Padang memanggil saya dan kak Aini.

“Kak sini kak” ucapnya sambil berlari menghampiri kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun