Mohon tunggu...
Dewa Kurniawati
Dewa Kurniawati Mohon Tunggu... pegawai negeri -

hanya seorang tukang obat yang suka mbolang...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pesan Cinta Kak Zoya...

16 Januari 2011   18:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:30 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malika masih sempurna dalam siaganya, tak tampak kantuk dimatanya sama sekali. Dihdapannya terbaring tubuh  kakaknya dalam balutan selimut putih, tak bergerak. Ditangan kanan sang kakak, ada sebuah jarum yang mengalirkan ciran berwarna kekuningan dari dalam botol yang menggantung pada sebuah tiang yang diletakkan disebelahnya. Sementara di tangan kirinya masih tampak bekas tusukan jarum yang ditutupi oleh kasa kecil dan diplester dengan plester coklat. "Kakak harus sembuh" ucap malika lirih menahan tangis. Digenggamnya tangan kiri sang kakak sambil terus berbicara padanya, berharap kakaknya mendengar ucapannya dan mau membuka matanya. Malika hanya mampu duduk terpaku tanpa tau harus berbuat apa, hanya kemurahan Tuhan yang diharapkannya. "Kamu istirahat aja lika, udah larut" ucap seorang pria yang berdiri di sebrang malika. Tak ada reaksi apa - apa dari malika, ia tetap dengan genggamannya. "Kan kamu besok mesti ngajar" ucap pria itu lagi. Tapi malika tetap tak menggubrisnya. "Biar aku yang jaga kak zoya" bujuknya lagi. Zoya, nama kakak malika yang sekarang sedang terbujur kaku. Dia adalah seorang model cantik yang sedang meretas karir modelnya. Walau belum tinggi jam terbangnya, tapi zoya sering ikut dalam pagelaran busana perancang ternama di negeri ini. Sementara malika, dia mengajar sebagai guru taman kanak-kanak di kota ini. Pekerjaan itu dilakoninya karena kecintaannya pada anak - anak. Setiap kali melihat pria itu, ada rasa bersalah teramat besar yang dirasakan malika pada sang kakak. Tak ada niat untuk membuat kakaknya menjadi seperti sekarang. Dan ingatannya kembali pada awal semua petaka ini. ********** Jakarta, 3 Maret 2008 ********* Sore ini malika pulang terlambat dari mengajarnya, ada rapat guru sebelum ia pulang, membahas study tur yang akan diadakan di taman kanak-kanaknya. Ada pemandangan berbeda yang dilihat malika disisi lampu merah taman yang biasa ia lewati. Malika melihat seorang anak perempuan tengah menangis seorang diri di bawah lampu merah. Ia segera memperlambat laju mesin motornya, dan menghentikannya di salah satu sisi taman. Malika segera menghampiri gadis kecil itu. Dari pakaiannya yang sudah lusuh dan kotor, dapat ditebak bahwa anak itu adalah salah seorang anak jalanan di taman itu. "Kamu kenapa ?" tanya malika sambil menyentuh lembut pundak sang anak. Anak itu terlihat agak terkejut, ia tak langsung menjawab pertanyaan malika. "Namaku malika" ucapnya sambil menyodorkan tangan kanannya. Agak lama anak itu menyambut uluran tangan malika, tapi senyum ramah malika menghilangkan ketakutan sang gadis kecil. "Siti..." jawab gadis itu agak takut. Benar dugaan awal malika, gadis itu adalah seorang pengamen cilik. Rupanya ia tengah sedih karena hingga sore begini belum ada uang yang cukup untuk membeli obat adiknya yang sudah 3 hari ini sakit. Tanpa ragu malika segera mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Dua lembar uang lima puluh ribuan diberikan malika pada gadis itu. Tapi tak langsung diterima pemberian malika. "Kenapa ? ambil aja uangnya, buat beli obat ade kamu" ucap malika sambil menyodorkan uang itu pada siti. Malika meletakkan paksa uang itu di telapak tangan siti. Senyum ramah tak pernah hilang dari raut wajahnya. Tanpa malika sadari, ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikannya dari salah satu sudut taman yang lain. ************ Jakarta, 20 agustus 2008 ********* Di halaman belakang rumah malika. "Kakak lagi ngomong sama siapa sih ? kok mesra banget?" tanya malika dari arah belakang zoya, dan lumayan mengagetkan zoya yang saat itu tengah berbincang dengan seseorang di telpon. "Udah dulu ya, malam" zoya langsung mengakhiri percakapannya begitu mengetahui keberadaan malika. "Bukan siapa - siapa kok, sini duduk". Zoya menggeser sebuah kursi di sebelahnya dan mempersilahkan malika duduk. Malika segera mengikuti ajakan zoya, duduk tepat disebelah zoya. Malika tersenyum penuh arti kearah zoya. "Kakak... kenalin dong pangerannya ke aku" pinta malika sambil menggoyang tangan zoya seraya merajuk. Zoya hanya tersenyum menanggapinya. Malika memang sedari dulu ingin diperkenalkan dengan pujaan hati sang kakak, karena selama ini hanya mendengar ceritanya saja. "Nanti ya aku kenalin, gak sekarang" jawab zoya sambil menggenggam tangan malika. "Aku seneng setiap denger cerita kak zoya, gimana ya nanti sama panegraku?" malika menerawang sembari menebak - nebak rupa dan sifat pangerannya kelak, tapi tetap tak tertebak. Zoya hanya tersenyum menanggapi ucapan adiknya. Dimata zoya, malika adalah adik yang sangat pintar,penyayang dan selalu menebarkan tawa dimanapun dia berada. Kalau masalah yang satu ini, kemungkinan memang zoya yang lebih beruntung dibanding malika. *********** Jakarta, 28 Agustus 2008 ********** "tok...tok...tok..." malika mengetuk pintu kamar zoya. "Iya..." jawab zoya dari dalam kamarnya. "Kak zoya... diajak makan sama bunda" teriak malika dari luar kamar zoya. Zoya segera menutup sebuah foto dan memasukkannya kedalam laci yang berada tepat disamping tempat tidurnya. Kemudian pintu kamar zoya terbuka, malika memperlihatkan wajahnya dari balik pintu. "Kakak lagi ngapain ?" tanya malika yang kini sudah berdiri disamping zoya. "Gak kok, yuk makan udah di tunggu bunda kan" zoya segera merengkuh pundak sang adik dan berjalan beriringan keluar kamarnya. ********* Jakarta, 30 september 2008 ********* Malika menghentikan laju motornya, saat melihat salah seorang muridnya masih duduk dibangku taman sekolahnya ditemani oleh sang penjaga sekolah. Ia menghampiri siswanya dan duduk disebelahnya. "Kok indah belum pulang ?" tanya malika lembut. "Hari ini om aku yang jemput bu guru, tapi belum dateng" jawab indah dengan logatnya yang masih terdengar agak cadel. "Oh, jemputannya belum dateng, mau ditemenin sama ibu nunggu disini ?". Indah mengangguk mantap, dan senyum kebahagiaan segera terpancar dari bibir mungilnya. Malika meminta pak Mus (penjaga sekolahnya) untuk kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena menunggu indah, meninggalkan indah bersama malika seraya menunggu jemputan muridnya datang. Mereka asik berbincang, mulai dari penyebab absennya sang mama yang biasa menjemput, hingga pekerjaan papanya yang seorang pilot dan menyebabkan papanya jarang dirumah. Dan itulah salah satu alasan indah ingin menjadi seorang pramugari jika dirinya besar kelak. "Biar bisa ikut papa terbang terus kalo aku jadi pramugari". Alasan yang membuat malika tersenyum-senyum sendiri mendengar kepolosan sang siswa. Agak lama mereka berbincang, sampai sebuah starlet silver terlihat memasuki pekarangan sekolah mereka. "Horree... om Arya datang...". Indah segera melonjak bangkit dari duduknya dan berlari kearah mobil yang diyakini adalah omnya. Malika segera mengejarnya. Setelah mobil sempurna berhenti dan menampakkan seseorang dari dalamnya, indah segera menghambur kedalam pelukan pria itu. "Om Arya..." ucap indah manja. Pria itu berperawakan tinggi tegap, ada lesung dikedua pipinya kala ia tersenyum, rambut lurusnya yang tak terlalu panjang ia basahi dengan jelly, ditambah lagi dengan kulitnya yang putih semakin menambah pesonanya. Ada keterkejutan yang tertangkap sekilas dari raut wajah arya, entah apa. "Arya" pria itu menyodorkan tangan kanannya seraya ingin berkenalan dengan Malika. "Malika..." jawab malika sambil menerima ulurang tangan Arya. Perkenalannya siang itu dengan arya menjadi awal pertemuan - pertemuan berikutnya tanpa pernah malika duga sebelumnya. *Mencoba berimajinasi dengan fiksi bersambung... semoga yang ini dan selanjutnya nyambung...*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun