Mohon tunggu...
Dewa Kurniawati
Dewa Kurniawati Mohon Tunggu... pegawai negeri -

hanya seorang tukang obat yang suka mbolang...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menapaki Puncak Abadi Para Dewa

21 Juni 2014   12:31 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:55 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_329367" align="aligncenter" width="640" caption="Kegagahan Mahameru dilihat dari pos Kalimati"]
[/caption]

Matahari berada tepat di atas kepala ketika mobil yang kami naiki membawa kami sampai di pos Ranupani, Desa Ranupani Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Saya dan kedelapan orang rekan saya bergegas solat zuhur, makan dan beberapa orang lainnya melakukan lapor diri untuk mendapatkan surat izin masuk (SIMAKSI) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Persyaratan seperti surat keterangan sehat dan fotokopi KTP serta uang masuk tak lupa juga dikumpulkan saat lapor diri tersebut. Biaya masuk untuk pendakian ke Semeru sendiri adalah sebesar 17.500 rupiah untuk weekdays, dan 22.500 rupiah untuk weekend dihitung sesuai banyaknya hari yang kita habiskan di Semeru.


[caption id="attachment_330134" align="aligncenter" width="512" caption="Sebuah danau di desa Ranupani"]

1403302091991589818
1403302091991589818
[/caption]

Baru pada pukul 14.45 kami memulai pendakian Gunung Semeru setelah sebelumnya melakukan do’a bersama. Sebuah gapura besar bertuliskan “Selamat Datang Para Pendaki Gunung Semeru” menyambut kami. Track awal pendakian dari Ranupani menuju pos 1 bisa dibilang landai. Sebagian besar berupa jalan setapak yang landai meski agak menanjak di beberapa bagian. Sekitar pukul 16.30 kami sampai di pos satu. Kami memutuskan untuk beristirahat selama beberapa menit di pos 1. Setelah dirasa cukup istirahat, kami melanjutkan pendakian menuju pos 2. Jalur pendakian menuju pos 2 tak berbeda jauh dengan jalur pos 1 sebelumnya. Didominasi oleh jalan setapak yang landai agak menanjak. Pukul 17.30 kami sampai di pos 2. Mengingat hari yang semakin gelap, kami memutuskan untuk mengenakan headlamp sebagai alat bantu penerangan kami. Menjelang malam, kami melanjutkan pendakian kami menuju pos 3 (Ranukumbolo).


Jalur pendakian menuju pos 3 mulai didominasi oleh jalan setapak yang menanjak. Di beberapa tempat bahkan ada yang tanjakanannya cukup tinggi dan terjal. Terlebih kami melakukan pendakian di malam hari dengan penerangan yang ala kadarnya, jadi tingkat kehati-hatian kami perlu ditingkatkan. Pukul 19.30 malam, kami sampai di pos 3, yaitu pos Ranukumbolo. Ternyata sudah ramai pendaki yang mendirikan tenda di Ranukumbolo. Hari semakin malam, kami pun bergegas menyiapkan tenda dan sebagian lain memasak makan malam. Menu makan malam yang kami masak adalah sop sosis, tahu goreng dan orek tempe. Semua terlihat lahap dan menikmati sajian makan malam. Perut kenyang, hawa dingin, hasilnya adalah tidur nyenyak selanjutnya. Bermalam minggu di Ranukumbolo ditemani taburan jutaan bintang adalah romantisme alam yang sangat menakjubkan.

Hawa dingin di Ranukumbolo benar-benar menusuk hingga ke tulang. Beberapa kali saya terbangun dari tidur karena tak bisa menghalau rasa dinginnya. Sekalipun sudah mengenakan jaket, sarung tangan, kaos kaki, slayer, dan dibungkus rapi dengan sleepingbag, tapi rasanya tetap saja hawa dinginnya masih mampu menembus pertahanan tubuh saya. Suara alarm milik salah seorang teman saya akhirnya sukses membangunkan saya dan seisi tenda lainnya pukul 05.00 pagi. Sebagian memilih untuk memasak, beberapa mengambil air di Danau Ranukumbolo, dan sisanya menunggu sunrise sembari bernarsis ria. Kurang afdol rasanya bila tidak mengabadikan momen istimewa dengan view Ranukumbolo di pagi hari yang luar biasa indah.

[caption id="attachment_329370" align="aligncenter" width="512" caption="Sunrise di Ranukumbolo"]

14029370181299149297
14029370181299149297
[/caption]

Selesai memasak, mengambil air, makan pagi bersama, dan bernarsis ria di Ranukumbolo, kami bergegas mengemasi barang bawaan kami dan melipat kembali tenda kami. Pukul 10.00 pagi, kami melanjutkan pendakian kami kembali. Menuju pos berikutnya, yaitu pos Cemoro kandang, kami disuguhkan dengan bentangan alam yang luar biasa indah. Mendaki tanjakan cinta yang benar-benar menanjak, oro-oro ombo dengan hamparan padang lavender setinggi bahu dengan bunganya yang berwarna ungu, bukit-bukit hijau yang mengelilinginya dengan sangat gagah. Setelah Cemoro kandang, kami melanjutkan pendakian menuju pos Jambangan. Track yang dilalui untuk menuju pos Jambangan lumayan cukup melelahkan. Didominasi oleh jalan setapak yang menanjak, terkadang tanjakannya curam dan sebagian lagi tanjakan yang tak terlalu curam. Menuju pos Kalimati dari pos Jambangan, track yang dilalui didominasi oleh turunan berupa jalan setapak dengan pasir halus. Pukul 14.00 kami sampai di pos Kalimati.

[caption id="attachment_329373" align="aligncenter" width="307" caption="Mereka menyebut ini Tanjakan Cinta"]

14029372102035207319
14029372102035207319
[/caption]

Dari pos Kalimati kita dapat melihat kegagahan puncak Mahameru. Tanpa membuang waktu, kami segera mendirikan tenda dan memasak. Persediaan air yang menipis, membuat salah seorang rekan saya akhirnya memutuskan untuk mengisi kembali persediaan air kami dari sumber air mani. Lokasi sumber airnya yang cukup jauh dan tersembunyi dengan track yang naik turun, membutuhkan waktu hingga 20 menit untuk bisa sampai ke sana.
Menjelang malam, kami berkumpul di dalam tenda dan mediskusikan rencana pendakian ke puncak Mahameru. Salah seorang rekan kami yang sudah pernah sampai di puncak Mahameru menjelaskan pada kami persiapan yang mesti kami lakukan sebelum melakukan pendakian dan bawaan apa saja yang perlu dibawa. Pukul 18.30 kami semua sudah terbungkus rapi dengan sleeping bag kami, mengistirahatkan tubuh sebelum melakukan pendakian ke puncak Mahameru. Rencananya kami akan melakukan pendakian ke puncak Mahameru pada malam hari pukul 22.00. Tapi melihat cuaca yang berkabut dan mendung serta gerimis ditambah hawa dingin yang benar-benar menusuk tulang, kami akhirnya memutuskan untuk menunda pendakian kami malam itu. Berharap cuaca esok hari bisa lebih cerah dan kami bisa melakukan pendakian ke puncak Mahameru.

Rutinitas pagi di Kalimati dengan pemandangan puncak Mahameru, benar-benar pagi yang sangat luar biasa bagi kami. Sebisa mungkin kami membuat tubuh kami rileks dan tak memforsir tenaga kami karena kami memutuskan untuk mendaki puncak Mahameru malam hari ini setelah malam hari sebelumnya gagal muncak dikarenakan cuaca yang tak mendukung.


Pukul 23.00 malam, ditemani taburan jutaan bintang di langit, kami memulai pendakian kami menuju puncak Mahameru. Bersama dengan para pendaki lainnya, kami menapaki jalan setapak yang didominasi oleh pasir halus dan kerikil. Untuk pertama kalinya, saya merasakan pendakian menuju puncak gunung dengan mengantri, mengantri dalam arti yang sebenar-benarnya. Saking ramainya pengunjung Semeru, kemacetan pun terjadi di jalur pendakian menuju puncak Mahameru. Berhenti di tiap 6 langkah, dan menunggu macet mulai terurai, rasanya antara lucu dan gemas. Gunung pun bisa macet. Salah seorang rekan saya akhirnya menyerah, phobianya akan ketinggian rupanya lebih besar dari keinginannya menapaki puncak Mahameru. Ia memutuskan untuk kembali ke tenda ditemani seorang rekan saya yang lainnya.

[caption id="attachment_329385" align="aligncenter" width="512" caption="Sunrise di track pasir menuju puncak Mahameru"]

14029383761879899665
14029383761879899665
[/caption]

Hawa malam yang dingin ditambah hembusan angin dan debu yang terbawa angin, membuat kami lebih sering beristirahat dan menarik napas lebih panjang. Memasuki vegetasi terakhir, track mulai didominasi oleh bebatuan, kerikil, dan pasir dengan ukuran yang agak besar. Berjalan di malam hari dengan penerangan yang terbatas, sebenarnya adalah keuntungan tersendiri bagi orang yang takut ketinggian seperti saya. Maklumlah, di kanan dan kiri track pasir rupanya adalah jurang. Dengan terbatasnya jarak pandang, saya hanya menyorot jalanan yang akan saya tapak dengan headlamp saya, jadi tak menyorot secara langsung jurang di sebelah kanan dan kiri kami. Tapi untunglah track pasir ini lebih lebar dari track sebelumnya.

[caption id="attachment_329379" align="aligncenter" width="384" caption="Track pasir"]

14029376891327321278
14029376891327321278
[/caption]

Berjalan menanjak di track pasir memiliki tingkat kesulitan tersendiri bagi kami. Kami harus pintar mengatur strategi langkah kaki kami agar tak melorot lebih panjang dan langkah kami menjadi sia-sia. Ibaratnya, setelah melangkah 3 langkah, maka sejatinya kami hanya akan melangkah maksimal dua langkah saja, karena melorot ke bawah lagi mengikuti pasir. Kami juga disambut mentari pagi yang sangat indah di track menuju puncak Mahameru. Kondisi kaki yang lelah dengan betis dan dengkul yang sepertinya sudah tak bisa diajak kerja sama lagi, membuat saya hampir menyerah. Rasanya sudah tak ada kekuatan lagi untuk bisa menapaki puncak Mahameru. Tapi untunglah salah seorang rekan saya mau membantu hingga mencapai puncak Mahameru.


[caption id="attachment_329380" align="aligncenter" width="512" caption="pemandangan di puncak Mahameru"]

14029378001409393502
14029378001409393502
[/caption]

Pukul 06.30 pagi, kami bertujuh akhirnya berhasil menapaki puncak Mahameru, puncak abadi para dewa. Rasa haru menyelimuti sebagian besar hati kami. Tak terasa tetes demi tetes air mata jatuh tanpa perlu dikomando. Tapi rasanya tetap ada yang kurang, seorang rekan kami yang mengantar salah seorang rekan kami yang lain masih belum sampai ke puncak. sembari menunggu, kami membuka bekal makanan kami mengingat panggilan perut yang sudah tak bisa diajak berkompromi. Tak lama menunggu, sebuah panggilan dari bunyi pluit membuat kami serempak menolehkan pandangan kami mencari sumber bunyi. Yeaayyy... akhirnya personil kami bertambah satu, meski satu orang rekan kami terpaksa beristirahat seorang diri di tenda Kalimati.

[caption id="attachment_329389" align="aligncenter" width="512" caption="dari puncak Mahameru"]

14029388891354776596
14029388891354776596
[/caption]

Dari puncak Mahameru, kami bisa melihat bentangan keindahan alam ciptaan sang Maha Kuasa yang begitu luar biasa. Keindahan Gunung Bromo dari puncak Mahameru dan beberapa bukit yang mengelilinginya, jejeran awan yang berada sejajar dengan kami, melayang seperti kapas.

Setiap tempat memiliki ceritanya sendiri, dan Mahameru adalah salah satu resolusi tempat yang ingin saya kunjungi di tahun ini. Alhamdulullah, Allah perkenankan saya untuk menapaki kaki saya di bumi-Nya yang luar biasa mempesona. Semoga masih ada kesempatan untuk menapaki tempat-tempat lain yang sama luar biasanya, dengan orang-orang yang juga luar biasa...

[caption id="attachment_329382" align="aligncenter" width="512" caption="Ranukumbolo, dilihat dari atas Tanjakan Cinta"]

14029380572024785873
14029380572024785873
[/caption]

[caption id="attachment_330135" align="aligncenter" width="512" caption="salah satu Track menuju pos Jambangan"]

14033030261186352966
14033030261186352966
[/caption]

[caption id="attachment_330136" align="aligncenter" width="384" caption="antrian para pendaki menuju puncak Mahameru"]

14033031501305984688
14033031501305984688
[/caption]

1402938192236360423
1402938192236360423
14029385091323973078
14029385091323973078

[caption id="attachment_329387" align="aligncenter" width="512" caption="oro-oro ombo"]

14029386621156296236
14029386621156296236
[/caption]

1402938792241819567
1402938792241819567

[caption id="attachment_330137" align="aligncenter" width="512" caption="si biru buluk, yang menemani saya sampai di puncak Mahameru"]

1403303366221072596
1403303366221072596
[/caption]

[caption id="attachment_329390" align="aligncenter" width="384" caption="yang cantik dari Mahameru"]

1402938991969499976
1402938991969499976
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun