Mohon tunggu...
Dewa Kurniawati
Dewa Kurniawati Mohon Tunggu... pegawai negeri -

hanya seorang tukang obat yang suka mbolang...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menapaki Puncak Abadi Para Dewa

21 Juni 2014   12:31 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:55 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pukul 23.00 malam, ditemani taburan jutaan bintang di langit, kami memulai pendakian kami menuju puncak Mahameru. Bersama dengan para pendaki lainnya, kami menapaki jalan setapak yang didominasi oleh pasir halus dan kerikil. Untuk pertama kalinya, saya merasakan pendakian menuju puncak gunung dengan mengantri, mengantri dalam arti yang sebenar-benarnya. Saking ramainya pengunjung Semeru, kemacetan pun terjadi di jalur pendakian menuju puncak Mahameru. Berhenti di tiap 6 langkah, dan menunggu macet mulai terurai, rasanya antara lucu dan gemas. Gunung pun bisa macet. Salah seorang rekan saya akhirnya menyerah, phobianya akan ketinggian rupanya lebih besar dari keinginannya menapaki puncak Mahameru. Ia memutuskan untuk kembali ke tenda ditemani seorang rekan saya yang lainnya.

[caption id="attachment_329385" align="aligncenter" width="512" caption="Sunrise di track pasir menuju puncak Mahameru"]

14029383761879899665
14029383761879899665
[/caption]

Hawa malam yang dingin ditambah hembusan angin dan debu yang terbawa angin, membuat kami lebih sering beristirahat dan menarik napas lebih panjang. Memasuki vegetasi terakhir, track mulai didominasi oleh bebatuan, kerikil, dan pasir dengan ukuran yang agak besar. Berjalan di malam hari dengan penerangan yang terbatas, sebenarnya adalah keuntungan tersendiri bagi orang yang takut ketinggian seperti saya. Maklumlah, di kanan dan kiri track pasir rupanya adalah jurang. Dengan terbatasnya jarak pandang, saya hanya menyorot jalanan yang akan saya tapak dengan headlamp saya, jadi tak menyorot secara langsung jurang di sebelah kanan dan kiri kami. Tapi untunglah track pasir ini lebih lebar dari track sebelumnya.

[caption id="attachment_329379" align="aligncenter" width="384" caption="Track pasir"]

14029376891327321278
14029376891327321278
[/caption]

Berjalan menanjak di track pasir memiliki tingkat kesulitan tersendiri bagi kami. Kami harus pintar mengatur strategi langkah kaki kami agar tak melorot lebih panjang dan langkah kami menjadi sia-sia. Ibaratnya, setelah melangkah 3 langkah, maka sejatinya kami hanya akan melangkah maksimal dua langkah saja, karena melorot ke bawah lagi mengikuti pasir. Kami juga disambut mentari pagi yang sangat indah di track menuju puncak Mahameru. Kondisi kaki yang lelah dengan betis dan dengkul yang sepertinya sudah tak bisa diajak kerja sama lagi, membuat saya hampir menyerah. Rasanya sudah tak ada kekuatan lagi untuk bisa menapaki puncak Mahameru. Tapi untunglah salah seorang rekan saya mau membantu hingga mencapai puncak Mahameru.


[caption id="attachment_329380" align="aligncenter" width="512" caption="pemandangan di puncak Mahameru"]

14029378001409393502
14029378001409393502
[/caption]

Pukul 06.30 pagi, kami bertujuh akhirnya berhasil menapaki puncak Mahameru, puncak abadi para dewa. Rasa haru menyelimuti sebagian besar hati kami. Tak terasa tetes demi tetes air mata jatuh tanpa perlu dikomando. Tapi rasanya tetap ada yang kurang, seorang rekan kami yang mengantar salah seorang rekan kami yang lain masih belum sampai ke puncak. sembari menunggu, kami membuka bekal makanan kami mengingat panggilan perut yang sudah tak bisa diajak berkompromi. Tak lama menunggu, sebuah panggilan dari bunyi pluit membuat kami serempak menolehkan pandangan kami mencari sumber bunyi. Yeaayyy... akhirnya personil kami bertambah satu, meski satu orang rekan kami terpaksa beristirahat seorang diri di tenda Kalimati.

[caption id="attachment_329389" align="aligncenter" width="512" caption="dari puncak Mahameru"]

14029388891354776596
14029388891354776596
[/caption]

Dari puncak Mahameru, kami bisa melihat bentangan keindahan alam ciptaan sang Maha Kuasa yang begitu luar biasa. Keindahan Gunung Bromo dari puncak Mahameru dan beberapa bukit yang mengelilinginya, jejeran awan yang berada sejajar dengan kami, melayang seperti kapas.

Setiap tempat memiliki ceritanya sendiri, dan Mahameru adalah salah satu resolusi tempat yang ingin saya kunjungi di tahun ini. Alhamdulullah, Allah perkenankan saya untuk menapaki kaki saya di bumi-Nya yang luar biasa mempesona. Semoga masih ada kesempatan untuk menapaki tempat-tempat lain yang sama luar biasanya, dengan orang-orang yang juga luar biasa...

[caption id="attachment_329382" align="aligncenter" width="512" caption="Ranukumbolo, dilihat dari atas Tanjakan Cinta"]

14029380572024785873
14029380572024785873
[/caption]

[caption id="attachment_330135" align="aligncenter" width="512" caption="salah satu Track menuju pos Jambangan"]

14033030261186352966
14033030261186352966
[/caption]

[caption id="attachment_330136" align="aligncenter" width="384" caption="antrian para pendaki menuju puncak Mahameru"]

14033031501305984688
14033031501305984688
[/caption]

1402938192236360423
1402938192236360423
14029385091323973078
14029385091323973078

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun