Mohon tunggu...
Dewa F. Bintamur
Dewa F. Bintamur Mohon Tunggu... Dosen - Staf Pengajar

Seorang staf pengajar di Fakultas Psikologi UI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Korupsi dan Nilai-Nilai yang Kita Yakini

27 Januari 2024   18:02 Diperbarui: 27 Januari 2024   18:03 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: langgam.id

Ketika penulis diminta untuk menjelaskan dengan menggunakan sudut pandang ilmu psikologi tentang mengapa banyak terjadi korupsi di negeri ini, biasanya penulis memulainya dengan pertanyaan: “Tolong dijawab dengan jujur. Kira-kira apa alternatif jawaban yang akan dipilih oleh teman-teman Anda, apabila mereka ditanya: Pilih menjadi orang kaya atau menjadi orang yang tepercaya?”

Sebelum melanjutkan pembahasan mengapa perbedaan pilihan di atas bisa dijadikan untuk menelaah terjadinya korupsi, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu frase “banyak terjadi korupsi di negeri ini” adalah merujuk pada persepsi tindak korupsi yang ada di masyarakat. Bukan merujuk pada jumlah kasus korupsi yang sudah dijatuhkan vonis di pengadilan. Persepsi masyarakat atas tindak korupsi ini dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi (IPK) suatu negara.

Kembali ke pertanyaan di atas. Pertanyaan tersebut memiliki dua alternatif jawaban yang mengandung dua nilai (values) yang berbeda. Alternatif pertama yaitu ‘menjadi orang kaya’ mengacu pada nilai kaya (selanjutnya ditulis Kaya), sedangkan alternatif kedua yaitu ‘menjadi orang yang tepercaya’ mengacu pada nilai tepercaya (selanjutnya ditulis Tepercaya).

Alternatif jawaban yang dipilih adalah hampir semua, kalau tidak bisa dibilang semuanya, menjawab: “Pilih menjadi orang kaya.” Hal ini menunjukkan bahwa Kaya dianggap lebih penting daripada Tepercaya. Suatu nilai yang dianggap lebih penting akan diusahakan terlebih dahulu atau menjadi prioritas daripada nilai-nilai yang dianggap kurang penting. Nilai yang dianggap kurang penting akan dikorbankan apabila seseorang dihadapkan dalam pilihan yang dilematis. Dengan demikian, berdasarkan jawaban yang diterima oleh penulis, terdapat jauh lebih banyak orang yang akan memilih untuk mengorbankan kepercayaan agar mereka bisa menjadi orang kaya.

Itulah penjelasan singkat dari pertanyaan mengapa bisa banyak terjadi korupsi di negeri ini. Adapun landasan berpikir dari penjelasan singkat tersebut adalah Values Theory (Teori Nilai-Nilai), yang selanjutnya akan ditulis sebagai Teori Nilai. Agar lebih sederhana, penulis hanya menggunakan Kaya dan Tepercaya sebagai contoh dari nilai-nilai di dalam tulisan ini. Semoga penyederhanaan ini bisa membuat pembaca lebih mudah memahami kaitan kesimpulan di atas dengan teori yang digunakan.

Definisi Nilai

Schwartz (2013) mendefinisikan nilai-nilai (values) sebagai tujuan lintas situasi yang diinginkan, yang bervariasi derajad kepentingannya, yang berfungsi sebagai prinsip panduan dalam kehidupan. Definisi ini, diakui oleh Schwartz, sangat dipengaruhi oleh Rokeach dan Kluckhohn (dalam Schwartz, 2013).

Setiap orang pasti memiliki beberapa nilai yang dianggap penting dalam hidupnya. Oleh karena itu, bisa saja beberapa orang memiliki nilai-nilai yang berbeda, atau bisa juga nilai-nilai yang sama dimiliki oleh orang-orang yang berbeda. Akan tetapi, walaupun sama-sama memiliki nilai-nilai yang sama, urutan atau tingkat kepentingan dari nilai-nilai tersebut belum tentu sama antara satu orang dengan orang yang lain. Nilai yang dianggap sangat penting akan lebih diutamakan atau diprioritaskan untuk diwujudkan daripada nilai yang tidak dianggap sangat penting.

Karakteristik Nilai

Berdasarkan berbagai tulisan para ahli dan peneliti tentang nilai, terdapat 5 (lima) karakteristik utama dari nilai (Schwartz, 2006). Karakteristik-karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nilai adalah keyakinan

Nilai adalah keyakinan yang terkait erat dengan emosi. Keterkaitan nilai dengan emosi dapat membuat seseorang akan merasa senang atau gembira apabila suatu kondisi sesuai dengan nilai yang diyakininya, atau ia merasa sedih apabila kondisi yang ada tidak sesuai dengan nilai orang tersebut.

Misalnya seseorang yang meyakini bahwa Kaya adalah suatu hal yang sangat penting, maka orang tersebut akan merasa bahagia dan atau bangga ketika berhasil memperoleh harta seperti yang ia harapkan.

2. Nilai adalah konstruksi motivasi

Nilai mengacu kepada tujuan yang hendak dicapai, sehingga nilai memotivasi seseorang untuk berusaha agar ia bisa mencapai tujuan yang dikehendakinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun