"Eee, kamu kecantol sama pelayan tadi ya? Wajarlah, kamunya sih pemuda gunung. Jarang melihat gadis
mulus seperti itu." Kata Rido sambil nyengir.
Aku terdiam saja. Takut bilang ya atau tidak. Pasti Rido akan mempermainkanku. Aku hanya berharap perempuan itu segera datang minta tagihan membayar pesanan tadi.
Bener saja Lely sudah berada dihadapanku.
"Mas, ini tagihannya. 55 ribu rupian." Aku mengambil lis dari tangannya. Sengaja saja biar dapat sentuh tangannya. Aku mengambil dompet
"Ini dik Lely. Aku menyerahkan uang. Ku pandangi gadis cantik di depanku. Rasa kagum dan tertarikku semakinembuncah.
"Bentar ya, kembaliannya." "Ndak usah. Repot lagi."
"Nggak mas. Nggak boleh begitu di sini.
Aku jadi malu. Aku menyesal, seolah aku tidak menghargai Lely. Dia kemudian datang dan berucap terimakasih. Sekali lagi aku memandanginya.
"Yuk, kita pulang. Besok ada waktu menemuinya. Siapa tahu kamu jodoh." Rido mempermainkanku.
Sambil menunggu grab datang, aku merenung dalam langkah beratku menjauh. "Ah, jalan masih jauh. Aku tak boleh hanjut dalam ilusi. Biar kerinduan ku  titip di sudut kota Yogja