"Kalau ya, Mas mau ngapain?" Perempuan itu tumben memandangku. Wajahnya yang cantik makin menggoda. Aku sangat terkejut dengan kata-kata itu. Apa iya perempuan secantik dia mengeluarkannya?
"Ndak sih. Iseng aja nanya." Aku pura-pura tidak penting. Takut mendapat sanggahan yang ketus lagi.
Suasana kembali sunyi, kecuali deru mobil terus melaju. Ternyata sudah masuk jalan Sudirman. Terlihat supermarket Tiara Dewata di kiri jalan. Berselang beberapa menit, mobil Trans Metro Dewata berhentidi utara perempatan jalan.
Kali ini aku yang turun duluan. Suasana kendaraan di jalan Sudirman lumayan ramai. Aku sedikit berlari menyebrang jalan. Tapi, perempuan itu berdiri di pinggir jalan. Rupanya dia ragu menyebarang.
Aku berpikir. Apakah aku pantas menolongnya? Tapi kalau tidak, sepertinya perempuan itu akan kelamaan berdiri di pinggir jalan. "Ah, baiknya aku bantu aja," pikirku. Akupun berbalik menyeberang perempuan itu. Aku berlagak seperti polisi lalu lintas. Sesekali membentangkan tangan menyetop kendaraan. Aku julurkan tangan. Perempuan itu habis akal. Dia pun menggenggam  jemariku.
"Oh, my God. Terimakasih. Kau telah meluluhkan hati perempuan itu hingga  ikhlas memegang jemariku," kata hatiku berbunga-bunga.
Sampai di seberang jalan, perempuan itu buru-buru melepas genggaman. Dia tersenyum seraya berucap "Terimakasih Mas." Dia berjalan ke arah selatan. Rupanya gadis itu kuliahnya di fakultas ekonomi. Sementara aku ngambil kuliah tehnik sipil.
Waktu terus berlalu, tapi tak seirama dengan ingatanku tentang perempuan tadi. Bodinya, senyumnya, kulit putihnya justru tidak mau berlalu. Kuliahku jadi sedikit terganggu.
Syukur dosen yang mengampu mata kuliah struktur beton, sudah mengakhiri kuliahnya. Aku bergegas ke kantin untuk menikmati nasi jinggo. Aku mau duduk agak ke pojok. Aku terkesima. "Ya, ampun, perempuan tadi ada di situ sambil menikmati es buah. Apakah aku berpindah duduk?
"Kamu sudah tadi menunggu? Aku keluarkan pertanyaan sambil duduk berhadapan dengan gadis itu. Jaraknya lumayan jauh. Takut kalau-kalau mengganggu privatisasinya.
Novel di bus tadi, ada digenggaman tangannya. "Kok Mas nanya gitu? Ngaco aja. Emangnya aku nungguin kamu!" Gadis itu lalu meletakan buku novel di atas tas gendong warna pink. Ia keburu menyedot es jus pokat yang dia pesen. Aku terkesima dengan ucapan itu. Aku sadar aku keliru.