Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Takdir

16 Maret 2024   15:14 Diperbarui: 16 Maret 2024   15:37 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mbok tidak perlu menjelaskan. Pada saatnya nanti Fitri akan mengerti".

Rahasia itu, sampai saat ini masih bergelayut dipikiran   Fitri. Malam sudah menunjukan pukul 11. Rembulan mulai menampakan wajahnya, seiring hilangnya gerimis. Rasa dingin menyusup.

"Buk, sebaiknya kita tidur dulu." Ridho takut istrinya sakit. Dia tidak   biasa bekerja sampai malam begini.

"Ya Pa. Silahkan duluan. Saya merapikan baju anak-anak dulu". Entah jam berapa, dia baru bisa tidur disamping suaminya yang sudah tertidur lelap. Ia merasa bersyukur memasuki usia tua, masih didampingi suami yang penuh perhatian.

Hari-hari dilalui Fitri dengan menyisakan satu pertanyaan tentang rahasia di rumah tua. Selama dia menjadi bagian keluarga besar di situ, dia hanya  melaksanakan kewajiban yang tidak jauh berbeda dengan orang tua lainnya. Tidak pernah dirasakan ada hal yang aneh.

"Bapak. Saya kok tidak mengerti perkataan  Mbok sebelum meninggalkan kita selamanya." Tanya Fitri kepada suaminya.

"Aduuh...Ibu kepikiran banget ya. Itu hanya candaan dari  Mbok agar kita menjadi suami istri yang baik. kita harus lebih giat melatih diri".

"Apa hanya seperti itu. Sesederhana itu Rid?"

"Menurut Bapak ya". Jawab Ridho sambil menyelesaikan persiapan makan buka puasa. Sebenarnya Ridho  juga menyimpan rahasia ucapan Mbok.

"Benar juga kata Pa. Kita seumur ini sangat dimudahkan oleh Mbok. Tapi saya ragu ucapan Mbok tentang rumah tua kita tidak sebatas itu Ridho".

"Ya sudah. Dekati anakmu. Itu dia memanggilmu. Pasti ada yang diminta."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun