"Mbok tidak perlu menjelaskan. Pada saatnya nanti Fitri akan mengerti".
Rahasia itu, sampai saat ini masih bergelayut dipikiran  Fitri. Malam sudah menunjukan pukul 11. Rembulan mulai menampakan wajahnya, seiring hilangnya gerimis. Rasa dingin menyusup.
"Buk, sebaiknya kita tidur dulu." Ridho takut istrinya sakit. Dia tidak  biasa bekerja sampai malam begini.
"Ya Pa. Silahkan duluan. Saya merapikan baju anak-anak dulu". Entah jam berapa, dia baru bisa tidur disamping suaminya yang sudah tertidur lelap. Ia merasa bersyukur memasuki usia tua, masih didampingi suami yang penuh perhatian.
Hari-hari dilalui Fitri dengan menyisakan satu pertanyaan tentang rahasia di rumah tua. Selama dia menjadi bagian keluarga besar di situ, dia hanya  melaksanakan kewajiban yang tidak jauh berbeda dengan orang tua lainnya. Tidak pernah dirasakan ada hal yang aneh.
"Bapak. Saya kok tidak mengerti perkataan  Mbok sebelum meninggalkan kita selamanya." Tanya Fitri kepada suaminya.
"Aduuh...Ibu kepikiran banget ya. Itu hanya candaan dari  Mbok agar kita menjadi suami istri yang baik. kita harus lebih giat melatih diri".
"Apa hanya seperti itu. Sesederhana itu Rid?"
"Menurut Bapak ya". Jawab Ridho sambil menyelesaikan persiapan makan buka puasa. Sebenarnya Ridho  juga menyimpan rahasia ucapan Mbok.
"Benar juga kata Pa. Kita seumur ini sangat dimudahkan oleh Mbok. Tapi saya ragu ucapan Mbok tentang rumah tua kita tidak sebatas itu Ridho".
"Ya sudah. Dekati anakmu. Itu dia memanggilmu. Pasti ada yang diminta."