Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ramadan Tanpa Ibu

12 Maret 2024   21:00 Diperbarui: 12 Maret 2024   21:08 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mohon ibu berdoa dan bersabar. Saya perlu sampaikan dengan jujur, keselamatan ibu sangat sulit terjaga. Kami sudah berusaha sekuat tenaga. Namun karena perdarahan tidak bisa dihentikan, sehingga kesadaran orang tua ibu makin menurun."

Begitulah tim medis menjelaskan. Sampai pada informasi terakhir kalau diikhlaskan alat bantu pernafasan akan dicabut, agar ibu tidak lama tersiksa.

Sebuah permintaan dan keputusan yang sangat sulit aku lakukan. Tapi daripada ibu tersiksa akhirnya aku memilih keputusan tersebit.

"Ma, ikhlaskan semua sudah berlalu. Biar ibu tenang disana."

Ucapan suaminya menyadarkan Fitri dari lamunan. Ia mengusap air matanya. Terlihat anaknya Rani ikut bengong.

Hari ini bulan ramadhan tanpa ibu. Semoga ibu damai di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun