Ramadan Tanpa Ibu
Hari pertama bulan ramadhan, kelusrga Fitri menikmati buka puasa dengan bahagia. Berbagai hidangan telah tersaji. Rido suaminya masih mendandani Rani anak semata wayang. Rani sekarang berumur 4 tahun.
Setelah semua siap mereka mengitari meja makan. Rani diapit oleh kedua orang tuanya. Sebelum berbuka puasa, mereka berdoa bersama.
Dengan berucap bismillah Fitri mengambilkan bubur ketan untuk suaminya. Sementara anaknya Rani meminta kue lapis bolu kesukaannya.
"Buburnya enak ma. Darimana tahu resepnya?"
Ketika Rido bertanya seperti itu, Fitri terlihat bengong. Tatapannya seperti jauh. Tak lama air matanya meleleh. Fitri mengenang situasi puasa setahun lalu.
Ia masih membayangkan ibunya masih berada di tengan keluarga mereka. Hanya saja menjelang minggu terakhir bencana itu terjadi. Ibunya meninggalkan Fitri selamanya.
Fitri tak menyangka, karena terpeleset saat membersihkan piring di dapur berakibatfatal. Saat itu ibunya terjatuh.
"Bu, kenapa?"
Fitri sedikit teriak. Dia bergegas ke dapur. Didapatinya ibunya tengkurap. Ia berusaha membangungkan. Ibu Fitri masih tersadar.
"Ibu tidak apa apa Fitri. Hanya sedikit sakit di siku."