Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Hilangkan Semua Cemburu

29 Februari 2024   08:33 Diperbarui: 29 Februari 2024   08:34 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hilangkan Semua Cemburu
DN Sarjana

"Kau suka sekali menyalahkan! Cobalah mencari penyebab kesalahan itu. Pernahkah kau sadari? Jangankan menyadari merasakan saja kau tidak. Bagaimana lalu aku disuruh meminta maaf? Bagaimana?" Rara sekuat tenaga melepas cengkraman  tangan Frengky yang sedari tadi begitu kuat di jemari Rara. Frengky tak ingin Rara pergi menjauh dari sisinya.

Udara yang begitu panas dan gerah di Bulan Oktober ini, menambah gerah hati mereka berdua. Mana mungkin hanya soal kecil menjadikan mereka tidak bersua berbulan-bulan? Jangankan bertemu, mengirim kabar lewat hp saja mereka tak sudi.

Hingga pertemuan saat itu seperti luapan panas yang telah lama tertahan. "Kalau aku sejelek yang kamu bilang, mengapa begitu lama waktu untuk mencintaiku? Mestinya semusim saja kau bisa membaca bercak kotor di tubuhku." Kata Rara memecah kebisuan dan kemarahan Frengky.

Frengky dengan sorot mata tajam lalu menjawab. "Bukan kali ini saja aku menaruh curiga padamu Rara! Sudah lama. Semenjak kau bertugas bersamaan di kantor keuangan itu."

"Oh, hanya dengan curiga? Mudah dan bodo amat pikiranmu Frengky. Bagaimana sebaliknya. Aku bilang tidak senang padamu bukan dengan curigaku, tapi mata kepalaku sendiri melihat. Kamu bermesraan di Pantai Sanur. Bukankah itu lebih logis daripada kamu hanya dengan curiga saja?"

Rara berusaha menahan air matanya. Dihadapan Frengky, kali ini Rara  tegar. Ia tidak ingin dilihat sebagai perempuan lemah dan penuh harap.

Prengky menarik nafas panjang. "Lalu maumu apa?"

"Terserah apa maumu Frengky. Aku perempuan, sadar di posisi yang lemah. Tapi untuk urusan kali ini, aku berusaha tegar apapun yang kan terjadi," jawab Rara sambil mengusap pipinya. Rupanya air mata yang sedari tadi berusaha ditahan harus menetes pula.

Frengky menunduk dan terdiam. Tangannya bergerak-gerak seperti ada kesalahan yang terpendam. Suasana panas masih terasa. Walau semilir angin di tepi sawah ini sesekali berembus.

"Rara, minum dulu es jeruknya. Mungkin jalan terbaik sementara waktu kita perlu merenung. Biarkan waktu berjalan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun