"Ya, memang sering buk. Biasanya bapak kalau meeting, kerjanya banyak. Beliau harus siap, soal pakaian dan perlengkapan lainnya".
"O, begitu. Bapak sudah berangkat. Terimakasih infonya". Ibu Leli menaruh gagang telpon sembarang, hingga suaranya braak... Mungkin perempuan sebelah mendengar suara itu.
Dalam kekalutan, ibu Leli tidak mau emosi menjatuhkan martabat suaminya. Ia harus bersabar sampai suaminya datang dari luar daerah. Selama dua hari Leli memikirkan apa jalan terbaik agar prahara rumah tangganya tidak terjadi. Masalahnya bukan semata soal suami istri. Tapi dia lebih memikirkan dua anaknya yang perlu perhatian, kasih sayang orang tua. Ibu Leli tidak ingin anaknya tersesat kehidupannya, gara-gara dia salah mengambil keputusan.
Hari dinanti tiba. Suami Bu Leli sudah berada di tengah keluarga. Ibu Leli menyambut dalam suasana dingin. Ia ingin menunjukan sedikit kekecewaan pada suaminya. Dalam suasana santai sehabis minum kopi, Ibu Leli memancing kejujuran suaminya.
"Pa, apakah setiap meeting keluar daerah harus mengajak sekretaris ya?" , Leli bertanya pada suaminya.
"Tidak mesti. Dia kan sekretaris kantor. Tidak baik kalau diajak keluar", sahut suaminya. Mukanya sedikit memerah. Dia merasa istrinya ada kecurigaan.
"Dua hari lalu ada suara perempuan yang menelpon. Dia bilang sekretaris bapak. Sebelumnya aku juga menemukan barang-barang untuk perempuan. Dan itu tidak pernah kuterima. Bapak kasi siapa? Ayo jujur!"
Suami Bu Leli gelagapan. Tangannya salah tingkah menggosok rambutnya. Tak sepatah katapun bisa keluar.
"Pa, dari pada bertengkar, aku mohon pamit. Aku tidak ingin terjadi keributan. Kita sama-sama menjaga anak kita. Biarkan aku pergi. Bapak tenang saja. Aku tidak mencari jalan pintas. Aku sayang sama anak-anak.
Pertama yang dilakukan Ibu Leli sebelum pergi dari rumah adalah meyakinkan kepada anaknya bahwa ibunya akan menengok kakaknya. Berbagai alasan dia sampaikan. Syukur anak-anak bisa memahami.
Mulai saat itulah Ibu Leli mewarnai kehidupan rumah tangga Deni. Kurang lebih sudah empat bulan. Sebagai seorang ibu, pekerjaan dapur, bersih-bersih dan utamanya memomong cucu, tentu pekerjaan biasa. Ia sangat bahagia bisa lama bersama cucunya.