Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kereta Senja Terakhir

2 Februari 2024   12:28 Diperbarui: 2 Februari 2024   12:31 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


KERETA SENJA TERAKHIR
DN Sarjana

Entah berapa menit Cindy menunggu kereta datang di stasiun kereta api di Stasiun Tugu Yogyakarta, Cindy mempermainkan hanpone di tangannya. Ada beberapa poto yang ia pandangi dengan seksama.

"Aku tak mau berpisah denganmu Faldo." Kalimat itu meluncur dalam benaknya, ketika terlihat poto Cindy mendekap erat Faldo di sekitaran Malioboro. Di relung raut wajahnya terlihat kerinduan itu begitu membuncah.

"Faldo semestinya kamu bisa berkelit dari harapan orang tuamu. Aku perempuan Faldo. Aku tak bisa sembunyikan keraguanku ketika kamu jauh dariku." Kata Cindy disela menunggu kehadiran kereta.

Faldo memegang tangan Cindy sambil menyibakan rambutnya. Ia pun punya perasaan yang sama tak ingin menjauh dari Cindy. Gadis semasa SMA. Gadis selama tiga tahun Faldo rujutkan kasih sayangnya.

"Cindy, ingat, kita masih harus sama-sama berjuang. Andai pilihanku diterima di kampus sini, pastilah aku tak kan jauh darimu." Faldo membelai rambut Cindy.

Cindy menunduk. Ia berusaha menyembunyikan air matanya. Ia tak jua ingin membebani perasaan Faldo meraih mimpinya.

"Bagaimana aku bisa mempercayaimu dengan sempurna Faldo?" Suara Cindy terdengar parau.

"Cindy, coba kau tatap daku. Tiga tahun aku bersamamu. Adakah yang aku sembunyikan terlihat dalam tatapanmu?"

Senja terus meretas. Tampak langit bersaput merah jingga. Lampu-lampu diseputaran stasiun kereta mulai menyala.

Dari kejauhan terdengar suara sirene kereta. Cindy tahu, sudah waktunya ia berpisah dengan Faldo. Hatinya makin bergetar. Nafasnya terasa sesak. Bisakah aku tabah melepas kepergian Faldo?

Sama halnya dengan Faldo. Ia mempererat pelukannya. Sebuah kecupan di kening Cindy ia layangkan. Air mata Cindy tak lagi bisa ia sembunyikan.

"Cindy, aku harus pergi sekarang. Kamu harus yakin, aku tetap milikmu. Tidak lama pasti kita bertemu lagi. Percayalah, perjalanan hari ini adalah awal menuju jalan kebahagian buat kita kelak Cindy."

Cindy mengangguk. Ia pun memberikan kecupan kepada Faldo sambil memeluknya erat-erat.

Dengan lambaian tangan Faldo melepas kekasihnya. Kereta senja terakhir, bukan menjadi cinta terakhir Faldo kepada Cindy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun