Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biarkan Aku Sendiri

20 Agustus 2023   20:16 Diperbarui: 20 Agustus 2023   22:09 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar pixabay. Com (gratis)

" o, ada. Aku bilang Mas siapa? Kemarin sih Nancy sempat sakit."
"Bilang aku Rino."
"Tunggu sebentar ya."

Rino mengangguk. Dalam hatinya Rino merasal menyesal. Menyesal karena keputusannya yang sesat. Tak lama perempuan itu hadir.

"Mas, Nancy bilang ia tidak bisa diganggu. Ia memang masih lemah. Baru saja aku berikan obat. Kepalanya masih pusing."

"O ya. Kalau begitu aku permisi. Sampaikan salam ku pada Nancy."

Langkah Rino terasa melayang. Arahnya menjadi gelap. Mengapa ini harus terjadi. Semua memang karena emosiku. Rino mengambil motor dan melarikannya cukup kencang.  Sampai di rumah, Rino merebahkan tubuhnya. Tiba-tiba hp nya berbunyi. Dilihatnya ada pesan whatshaap masuk. Dilihatnya ternyata pesan dari Nancy.

"Mas Rino  maafkan aku tadi tidak bisa menerimamu. Disamping aku benar sakit, tapi aku jauh lebih memendam sakit dalam hati. Begitu mudahnya kau menjatuhkan martabatku dihadapan lelaki lain. Mestinya kau berpikir lebih dewasa, seperti yang ku duga."

"Ternyata kamu tak lebih dari anak kecil bersikap. Sekedar kamu ketahui, lelaki itu adalah pamanku yang mendapat pelatihan di kota ini. Kebetulan dia baru menjabat sebagai manajer diperusahan. Dia sangat menyesali caramu. Sampai-sampai aku dibilang salah menjatuhkan pilihan."

"Tapi aku tetap katakan kamu yang terbaik. Aku tetap mencintaimu. Tapi kali ini, biarkan aku sendiri dulu. Rino belajarlah lebih dewasa. Aku selalu menantimu."

Rino merunduk membaca tulisan Nancy. Dia betul-betul merasa bersalah. Dipeluknya bantal sambil membayangkan Nancy dalam lelap tidurnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun