Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asmara Bersemi di Tanah Lot

25 Juli 2023   10:31 Diperbarui: 25 Juli 2023   10:32 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ASMARA BERSEMI DI TANAH LOT
DN Sarjana

Matahari sudah meninggi. Lastri sangat suka bermain air laut ditepian pura Tanah Lot. Dia melihat kerumunan orang. Rupanya mereka bergiliran masuk ke dalam goa tempat ular. Ular suci yang ada di pura.
"Kakimu tidak sakit lagi ya". Rahman memancing ingatan Lastri di sela ia bermain air.

"Ah, kak Rahman". Sambil memandangi, Lastri melempar percikan air ke Rahman yang sedang memandangi kekasihnya.

"Bener, aku pingin tahu. Nanti kalau masih sakit, kita cari tempat teduh. Akan kupijiti".
Lastri kelihatan malu-malu. Dia berlari mendekati Rahman terus mengguncang badannya.

"Uh, mulai berani ya. Awas ntar beneran kakiku sakit".

"Siap memijit kok. Tidak hanya kaki. Yang lain boleh".

"Mas, kamu ngaco. Memang aku ini siapa. Kata Lastri memancing sambil melepas senyum dihadapan .

Sisa waktu yang beberapa jam saja, membuat hari mereka sangat bahagia. Saling berpegangan bahkan sesekali berpelukan. Tidak ada lagi keraguan. Hati mereka berbunga-bunga. Liukan tebing, sepertinya memberi isyarat sesuatu yang tumbuh alami jauh lebih indah. Mereka  berdua meninggalkan area pura dengan menaiki tangga di pintu keluar. Lastri sangat tertarik dengan jejeran pakaian perempuan. Ia mengajak Rahman mendekati.

"Kak Rahman ini bagus ya".

"Kok kamu beli yang gitu?" Rahman pastinya tidak paham dengan gaun perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun