"Biasalah, 75 aja... Masak kamu minta 100."
"Bukan gitu maksudku Vin. Kamu minta berapa?"
"Yaa, lebih dikit. Mungkin 80. Rat sama aku kan tidak bodoh-bodoh amat. Ya udah. Kita pulang dulu yuk. Sampai jumpa besok."
Mereka kemudian berpisah pulang ke rumah kos masing-masing. Sampai di tempat Kos, Hendro bergegas ganti pakaian dan makan. Ia ingin menjawab soal ulangan yang diberikan Vivin. Disela-sela menjawab terbersit pikirannya. "Berapa aku kasi nilai Vivin dan Ratu?" Hendro rada bingung. Kok aku tidak nanya tadi. Hendro otaknya memang encer. Tidak lebih dari se-jam soal-soal sudah terjawab semua. Yang masih menggantung dipikirannya soal membuat jawaban benar untuk Vivin dan Ratu.
Daripada jadi beban aku ke rumah kos Vivin aja. Hendro bergegas mandi. Toh hari sudah sore. Selanjutnya Hendro merapikan diri, lanjut pergi ke rumah Vivin. Vivin kos tidak jauh dari kosan Hendro. Tapi mereka jarang bisa ketemu, kecuali sesekali di malam minggu.
"Permisi buk, Vivin ada?" Hendro bertanya kepada ibu tuan rumah.
"Mungkin ada. Nak siapa? Maaf kalau ibu ketat menerima tamu. Apalagi tamu laki-laki. Semua yang kos disini menjadi tanggungjawab ibu karena mereka dititipkan sama orang tua mereka."
Waduuh...ketat banget sih. Pantesan Vivin melarangku ke kosnya. "Saya Hendro bu. Saya mau kerjain PR." Jawab Hendro sambil garuk kepala.
"Coba ibu lihat."
Setelah melihat buku yang disodorkan, ibu memanggil Vivin dan mempersilahkan Hendro masuk. Syukuur...syukuur.., pikir Hendro. Coba kalau ibuk tahu itu bocoran soal, uuuh..., mampus kami bertiga. Bisa-bisa tidak naik kelas."
"Hai, Hend. Kita kerjakan PR nomer 3 ya. Aku tidak bisa." Vivin bicara agak keras karena ibu kos belum balik kedepan, sambil beri kode sama  Hendro. Diliriknya ibu kos sudah berjalan ke depan, tempat dia jualan.
"Iyaa. Aku juga agak kesusahan mengerjakan. Mari  ke dalam. Kita belajar di serambi. Setelah duduk.