Rico tak ingin menggantung perasaannya. Hingga Rico memberanikan datang kerumah kos Reni. Dia tahu tempat kos itu sangat tertib. Tidak sembarang lelaki diijinkan memasuki rumah. Dengan alasan yang tepat, aku diijinkan masuk dan kebetulan Reni tidak pulang kampung. Tidak lama tuan rumah memanggil Reni.
"Ah, kak Rico. Sudah tadi?"
"Baru san Ren".
"Bentar ya, aku buatin teh". Tidak lama Reni sudah membawa teh hangat.
"Silahkan kak Rico". Sesaat Rico tertegun melihat Reni dalam balutan pakaian di rumah. Sungguh sempurna, pikirnya. Dia kemudian meminum teh.
"Ren, maaf ya aku hadir di sini. Tidak bermaksud merendahkanmu. Tapi sebaliknya, aku mengagumimu. Hanya dengan cinta, kekaguman itu akan terobati".
"Apakah Kak Rico merayu?"
"Tidak Ren". Entah keberanian dari mana aku memegang jemari Reni. Ada genggaman aku rasakan dari tangan Reni.
"Kak Rico, besok kita ketemu di kampus. Tidak enak terlalu lama di sini. Percayalah". Rico mengerti, dan perlahan menjauh dari Reni. Reni menghantar sampai pintu luar sementara tuan rumah telah mengambil gembok mengunci pintu. Keesokan hari.
Pagi-pagi Rico sudah ganteng tiba di kampus. Kebetulan dia dapat tentamen jam ke dua. Dia sempat melihat mahasiswa main karambol di depan kantin. Dari jauh dilihatnya Reni datang barengan dengan Jayus. Cemburunya tidak bisa dibendung. Dia berjalan mendekati Reni yang duduk di dekat ruang utara.
"Ren, kok sama Jayus?"