Bapak baik-baik saja."
Tangis Ibu Meisa meledak. Dia tak menyangka atas peristiwa ini. Dia mempersiapkan apa adanya dan bergegas kerumah sakit. Tangisnya tiada henti. Pertanyaan bagaimana suamiku? Terus menghantui
Sepanjang perjalanan Meida membayangkan suaminya pasti kesakitan. Hatinya remuk redam. Meisa melantunkan doa dalam hati. "Semoga suamiku bsik-baik saja." Tidak terasa dia sudah sampai di rumah sakit. Setelah melalui pemeriksaan dia diperkenankan melihat suaminya ke ruang UGD. Meisa diberikan pakaian oleh perawat agar tubuhnya lebih steril.
Lalu dia menenangkan diri diantar masuk ruangan oleh perawat. Dilihatnya suaminya sedang berbaring tidak sadarkan diri. Alat-alat kesehatan menyelimuti tubuhnya. Air matanya meleleh. Ia malu menjerit. Meisa shock memandangi suaminya.
"Sabar ya bu. Sebentar lagi Bapak siuman. Ibu tidak boleh lama-lama di ruangan ini. Ruangan yang sangat streril."
Ibu Meisa mengangguK memandangi suaminya. Dia menyekat air matanya yang terus mengalir. Perawat kemudian menuntunnya keluar ruangan. Di luar ruangan, Meida satu-satunya adik perempuan yang belum menikah sudah menunggu. Mereka saling berpelukan. "Sabar ya Kak. Serahkan kepada Hyang Kuasa." Meida mencoba menenangkan kakaknya, sambil menyodorkan segelas air kepada kakaknya.
"Ida, kau jaga anakku ya. Biar dia tenang sekolah. Bilang sama mereka, ayah baik-baik saja. Kakak harus menunggu disini." Meisa berpesan kepada adiknya. Matanya masih kelihatan lembab karena dia tiada henti menangis.
"Iya kakak. Aku pulang sekarang. Biar mereka tidak gelisah." Meida berpamitan dengan kakaknya.
Hari terus berlalu. Keadaan Kinto suaminya kian membaik. Ia sudah siuman dan mulai bisa makan bubur. Hati Meisa sangat sedih melihat suaminya yang dulu kekar, sekarang kelihatan pucat dan kurus. Beberapa kali Meisa melihat suaminya tidak sadarkan diri.
"Tim dokter yang merawat Kinto mungkin merahasiakan sesuatu kepadaku." Pikir Meisa. Ia curiga ada penyakit lain yang menimpa suaminya. Hingga di hari ke 15 belas, Meisa dipanggil oleh dokter.
"Ibu, kami harus mengatakan yang sejujurnya. Setelah melakukan pemeriksaan yang maksimal, ternyata ada ditemukan tumor di kepala suami ibuk. Itulah yang menyebabkan suami ibuk sering tidak sadarkan diri. Kami harus segera melakukan operasi."