Mohon tunggu...
Devy Pramesti
Devy Pramesti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Prodi Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Budaya Antre di Indonesia

28 Mei 2023   11:52 Diperbarui: 28 Mei 2023   11:53 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Devy Pramesti (200904033)/ Gracia Saragih (200904037)
Dosen  : Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D.

Indonesia merupakan negara yang luas dan memilki jumlah penduduk yang banyak dan beragam. Berdasarkan data Worldometer elaboration of the latest United Nations  per tanggal 26 Mei 2023 jumlah penduduk Indonesia berada diangka 281,879,874 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu berada di peringkat keempat negara paling padat penduduk di dunia. Penduduk Indonesia merupakan 3.51% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia. 

Dengan angka jumlah penduduk yang sangat tinggi dan masyarakat yang beragam tentunya masyarakat Indonesia memiliki budaya yang berkembang di tengah tengah kehidupan bermasyarakat. Budaya adalah suatu sistem nilai, norma, dan kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi dan mempengaruhi cara hidup manusia. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa dan karya seni. Salah satu budaya masayarakat Indonesia yaitu budaya antre atau (Queue Culture).

Apa itu Budaya Antre?

Budaya antre (Queue Culture) merupakan budaya yang terbentuk oleh individu agar menahan egonya untuk menjadi yang pertama dalam antrean demi terciptanya ketertiban mengantre. Makna disiplin atau kedisiplinan terkandung dalam budaya antre (Choirulirsyadi, 2011:2). Dengan kata lain, tuntutan untuk menjadi disiplin dan taat dalam antrean merupakan hal utama yang perlu dilakukan.  Menurut Wexler (2015) dalam budaya antre (Queue Culture), seseorang yang pertama mengantre akan mendapatkan akses atau layanan lebih cepat dari pada orang-orang yang baru mengantre dan orang-orang yang berkuasa tidak bisa memiliki akses atau layanan khusus saat mengantre. Budaya antre sendiri mampu menjadi tolak ukur kemajuan mental suatu bangsa. Pasalnya, kepekaan dalam melaksanakan budaya mengantre dapat menunjukkan bangsa yang menjunjung tinggi sikap disiplin, tanggung jawab, dan kesadaran untuk menghargai orang lain.

Seberapa pentingkah budaya antre ini?

Kata antre mungkin sudah sangat familiar bagi banyak orang, khususnya masyarakat Indonesia. Mungkin kita sering menemui tulisan "Budayakan Antre" yang ditempelkan dibeberapa tempat umum. Bahkan mungkin kita sering menemukan slogan kampanye yang menekankan untuk selalu mengikuti budaya antre. Lantas pertanyaan nya sekarang, seberapa pentingkah budaya antre ini untuk diterapkan? Mungkin banyak yang bertanya tanya akan hal ini. Jika tidak mengikuti budaya antre apakah kita akan dihukum mati? Atau yang lebih parah, apakah negara ini akan hancur ketika kita tidak mengikuti budaya antre?

Tidak, negara ini tidak akan langsung hancur dan kita juga tidak akan dihukum mati ketika tidak mengikuti budaya antre. Namun bukan berarti budaya antre ini tidak penting untuk diperhatikan dan diterapkan. Budaya antre ini sangat penting untuk diterapkan. Budaya antre ini bertujuan untuk menertibkan masyarakat. Apa jadinya jika suatu bangsa tidak menerapkan ketertiban? kekacauan dan porak-poranda akan menjadi makanan sehari-hari bagi bangsa tersebut. Sama halnya dengan budaya antre ini, jika tidak diterapkan maka masyarakat akan kacau dan tidak teratur. Budaya antre ini merupakan salah satu budaya tertib yang sering diremehkan oleh masyarakat Indonesia, hal ini mungkin dikarenakan tidak adanya hukum yang mengatur tentang budaya antre ini. Namun tanpa hukuman sekalipun sudah seharusnya budaya antre ini dapat diterapkan karena antre ini merupakan budaya yang sederhana dan mudah untuk diterapkan.

Bagaimana budaya antre di Indonesia saat ini?

Saat ini budaya antre di Indonesia mungkin sudah tidak hangat lagi diperbincangkan. Namun tetap saja budaya antre ini masing harus diterapkan khususnya ketika berada di tempat umum seperti rumah sakit, halte, kantor pos dan beberapa tempat lainnya termasuk tempat makan seperti restoran dan caf. Walaupun terdapat banyak tulisan dan slogan untuk antre tetap saja masih ada segelintir orang yang tidak menghiraukan tulisan tersebut dan tetap berbuat sesuka hatinya. Budaya mengantre ini merupakan bentuk dari disiplin diri yang harus diterapkan oleh masyarakat. Namun  praktiknya hingga kini budaya ini masih tergolong minim di kehidupan masyarakat Indonesia.

Kurangnya adab dan etika budaya antre masyarakat Indonesia ini tentunya dipengaruhi oleh latar belakangnya yang sangat beragam. Kesenjangan sosial masih kerap kali menjadi penghambat berjalannya budaya antre ini. Orang orang dengan keadaan social diatas masih ada yang memanfaatkan kepunyaanya tersebut untuk mengambil giliran antre orang lain. Bukan hanya itu, mungkin yang paling sering kita lihat dan jumpai yaitu ketika akan menaiki transportasi umum. Saling dorong dan sikut-menyikut dianggap lumrah saat menaiki bus kota. Begitupun juga saat masyarakat menerima bantuan sosial (bansos) dari pemerintah, seringkali mereka acuh tak acuh dalam aturan tertib mengantre. Dalam prinsip beberapa orang mengatre iru tidak penting, yang penting adalah tujuan nya dapat tercapai dengan cara yang cepat tanpa memikirkan kenyamanan orang lain yang berada disekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun