Mohon tunggu...
Devynta Putri Maharani
Devynta Putri Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA

PROGRAM STUDI PARIWISATA TAHUN 2022

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Keanggunan Lawang Sewu Pada Malam Hari: Destinasi Bersejarah yang Memikat di Semarang

7 Oktober 2024   11:10 Diperbarui: 7 Oktober 2024   11:12 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah hiruk-pikuk kota Semarang yang modern dan berkembang pesat, berdiri sebuah bangunan ikonik yang membawa kita pada jejak sejarah kolonial Belanda "Lawang Sewu". Bangunan ini bukan hanya saksi bisu perkembangan perkeretaapian di Indonesia, tetapi juga menyimpan cerita-cerita misterius yang membuat siapa pun penasaran untuk menjelajahinya. Dalam suasana malam yang mencekam, bayang-bayang lorong panjang dan jendela-jendela besar berbalut kaca patri seakan memanggil para petualang sejarah dan pencari sensasi untuk menguak rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Saya pergi kesana bersama Nando, saat tiba di tempat parkir Saya bertanya ke penjaga "Pak, Lawang Sewu buka jam berapa kalau weekend?" Lalu Bapak penjaga menjawab "Buka nya sampai jam 11 malam kok mbak, masih lama" Nando pun menjawab "Wah agak ngeri ya kalau jam 11 masih disini Pak.. terimakasih informasinya". Tiket masuk disini terhitung terjangkau, untuk orang dewasa hanya merogoh Rp.20.000,00 saja dan untuk anak-anak Rp.10.000,00.

Ketika pertama kali melangkah masuk ke kawasan Lawang Sewu, suasana megah dan mistis langsung menyelimuti. Disebut "Lawang Sewu" yang dalam bahasa Jawa berarti "Seribu Pintu", gedung ini terkenal dengan jumlah pintunya yang begitu banyak. Meskipun tidak benar-benar memiliki seribu pintu, setiap sudut bangunan seolah diselimuti misteri dan pesona arsitektur khas kolonial. Bangunan ini pertama kali dibangun pada tahun 1904 oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai kantor pusat perusahaan kereta api, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).

Awalnya saya tidak terpikir untuk berkunjung kesana pada malam hari, namun Nando mengajak untuk mencari suasana dan pengalaman baru dengan mengunjungi Lawang Sewu pada malam hari. Malam itu pukul 18.30 WIB, begitu saya tiba, mata saya langsung tertuju pada fasad bangunan utama. Dengan arsitektur yang simetris, dihiasi oleh jendela-jendela tinggi berukir kaca patri yang masih terawat, aura megah dan elegan dari masa lalu langsung terasa. Suasana yang lebih sunyi dan terkesan anggun semakin membawa saya ke masa ketika gedung ini adalah pusat administrasi penting perkeretaapian di Hindia Belanda. Langkah pertama saya memasuki aula utama seperti perjalanan waktu menuju masa lalu. Dinding-dinding tinggi dengan langit-langit berkubah, kolom-kolom besar, serta lantai mosaik menambah kekhasan nuansa bangunan.

Salah satu daya tarik utama di dalam Lawang Sewu adalah jendela-jendela kaca patri yang masih berdiri kokoh dan indah. Kaca patri tersebut menggambarkan sosok wanita dan kereta api, mengisyaratkan masa kejayaan transportasi perkeretaapian pada masa kolonial. Desain dan detail kaca patri ini masih tampak begitu hidup, memancarkan kilauan warna ketika cahaya matahari menyelinap melalui kaca, menambah suasana magis di ruangan tersebut. Tidak heran, banyak wisatawan yang berhenti sejenak untuk mengagumi dan mengabadikan keindahan kaca patri ini.

Selain itu salah satu ciri khas Lawang Sewu adalah lorong-lorong panjang yang tampak tak berujung, seolah-olah membimbing pengunjung menuju rahasia tersembunyi di dalam gedung ini. Lorong-lorong ini sering kali menjadi latar belakang dari cerita-cerita mistis yang beredar di kalangan masyarakat dan pengunjung. Sebagai salah satu bangunan bersejarah yang pernah dijadikan markas militer Jepang, Lawang Sewu menyimpan cerita kelam tentang masa pendudukan. Salah satu area yang sering disebut sebagai tempat paling angker adalah ruang bawah tanah yang dulunya digunakan sebagai penjara. Ruang sempit, lembab, dan gelap itu menambah kesan mencekam, apalagi jika membayangkan kondisi di masa lalu ketika ruang tersebut digunakan untuk menyiksa para tahanan. Namun sayangnya ruangan itu sudah tidak bisa dimasuki lagi, padahal terakhir Saya berkunjung saat masih SMP masih diperbolehkan masuk walau hanya di tepi saja. Dilanjutkan Ketika Saya berjalan melewati lorong-lorong tersebut, sesekali suara langkah kaki terdengar menggema. Meskipun tidak ada hal yang aneh, saya tidak bisa mengabaikan rasa dingin yang perlahan menyelimuti suasana. Bagi yang menyukai kisah-kisah misteri, Lawang Sewu jelas menawarkan pengalaman tersendiri.

Namun, Lawang Sewu bukan hanya dikenal karena kisah-kisah mistisnya. Gedung ini juga merupakan saksi bisu dari sejarah panjang perkeretaapian di Indonesia. Pada masa kolonial, gedung ini menjadi pusat aktivitas kereta api yang sangat vital bagi Belanda. Setelah Indonesia merdeka, Lawang Sewu sempat diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan digunakan sebagai kantor pemerintahan. Tidak hanya itu, Lawang Sewu juga menyimpan cerita perjuangan bangsa Indonesia. Pada pertempuran lima hari di Semarang, gedung ini menjadi tempat perlawanan para pejuang melawan tentara Jepang. Banyak pejuang gugur di dalam bangunan ini, menjadikannya salah satu simbol perjuangan rakyat Semarang. Di dalam museum kereta api yang berada di salah satu sudut gedung, saya melihat berbagai koleksi artefak yang menceritakan perjalanan sejarah kereta api di Indonesia, mulai dari lokomotif-lokomotif tua, tiket-tiket kuno, hingga dokumentasi foto sejarah. Ini menjadi pengingat betapa pentingnya peran kereta api dalam perkembangan ekonomi dan sosial di era kolonial dan sesudahnya.

Meskipun Lawang Sewu adalah bangunan bersejarah, kenyamanan wisatawan tetap diperhatikan dengan baik. Area sekitar gedung telah diatur dengan taman yang asri dan tempat istirahat bagi pengunjung. Ada pula fasilitas seperti kantin, toilet, mushola dan toko suvenir yang menyediakan cenderamata unik dari Lawang Sewu yang membuat pengalaman berkunjung ke Lawang Sewu semakin lengkap menyajikan wisata sejarah yang informatif, sekaligus menawarkan kenyamanan bagi pengunjung modern. Bagi saya, kunjungan ke Lawang Sewu bukan hanya sebuah perjalanan mengunjungi bangunan tua, melainkan juga sebuah refleksi tentang bagaimana sejarah, arsitektur, dan mitos bisa berpadu menjadi pengalaman wisata yang memikat. Lawang Sewu menawarkan sisi-sisi menarik dari masa lalu, baik dalam bentuk cerita heroik, mistis, maupun estetika arsitekturnya.

Setelah asyik berfoto dan berkeliling selama kurang lebih 2 jam, Saya dan Nando pun memutuskan pulang. Menjelajah Lawang Sewu adalah seperti menyusuri halaman-halaman sejarah Indonesia sangat mengasyikan, Gedung ini bukan hanya simbol masa kolonial dan perjuangan, tetapi juga cerminan bagaimana sebuah tempat dapat menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini. Lawang Sewu berhasil menyuguhkan pengalaman wisata yang tak terlupakan antara keindahan arsitektur dan kisah-kisah penuh misteri yang menghiasi tiap sudutnya. Untuk siapa pun yang berkunjung ke Semarang, Lawang Sewu adalah destinasi yang wajib dikunjungi untuk sebuah tempat di mana sejarah, seni, dan mistik bertemu dalam harmoni yang menawan. 

sumber: dokumen pribadi Devynta
sumber: dokumen pribadi Devynta
sumber: dokumen pribadi Devynta
sumber: dokumen pribadi Devynta
sumber: dokumen pribadi Devynta
sumber: dokumen pribadi Devynta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun