Mohon tunggu...
Devynta Putri Maharani
Devynta Putri Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA

PROGRAM STUDI PARIWISATA TAHUN 2022

Selanjutnya

Tutup

Trip

Menikmati Kopi di Lereng Merapi Jogja

12 September 2024   13:46 Diperbarui: 12 September 2024   14:00 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Foto milik pribadi. Foto Aku dan Srikandi di tempat parkir Kopmer

Di kaki Gunung Merapi, terdapat sebuah kedai kopi yang menawarkan lebih dari sekadar secangkir kopi hangat. Kopi Merapi atau biasa disebut Kopmer oleh kaum muda, yang terletak di kawasan wisata Gunung Merapi, Yogyakarta, menjadi salah satu destinasi menarik bagi para pencinta kopi dan wisatawan yang mencari kedamaian alam. Dengan panorama alam yang memukau, suasana yang tenang, serta aroma kopi yang khas, tempat ini menjadi surga kecil bagi siapa saja yang ingin melarikan diri dari hiruk pikuk kota.

Perjalanan menuju Kopi Merapi membutuhkan tenaga ekstra. Dari pusat Kota Yogyakarta, perjalanan menanjak sekitar satu jam membawa kita melewati jalanan berkelok yang dipenuhi pepohonan hijau dan pemandangan hamparan sawah yang menyejukkan. Sepanjang perjalanan, Aku pun teringat dengan sejarah Gunung Merapi yang penuh dengan kisah mistis dan letusan dahsyat. Namun, keindahan alam di sekitar membuat Aku sejenak melupakan kisah-kisah seram itu.

Sesampainya di Kopi Merapi, udara sejuk pegunungan langsung menyambut Aku dan Srikandi. Di sini, pengunjung disuguhi pemandangan Gunung Merapi yang berdiri megah di kejauhan, kerap kali tertutup awan putih yang menambah suasana magis. Selang beberapa saat di sana, Aku berkesempatan berbincang dengan Pak Rahmat, seorang pria paruh baya yang sudah lima tahun bekerja sebagai penjaga sekaligus tukang parkir disana. Dengan senyum ramah dan penuh keramahan khas masyarakat pedesaan, ia menyambut kami dan mempersilakan kami duduk di gazebo yang terbuat dari bambu, menghadap langsung ke arah Gunung Merapi.

Pak Rahmat pun mulai bercerita tentang pekerjaannya di sini. "Saya memang orang desa tetangga, sejak kecil sudah terbiasa melihat Merapi, sudah terbiasa dengan suasananya," ujarnya sembari menuangkan kopi hitam ke dalam cangkir. Kopi yang disajikan Pak Rahmat bukanlah kopi sembarang kopi Melainkan kopi khas Merapi, kopi ini memiliki ciri khas yang unik, dengan cita rasa yang kuat dan aroma yang sedikit khas yang berbeda dengan kopi-kopi lainnya. Bapak Rahmat melanjutkan ceritanya tentang asal muasal Kopi Merapi. Ternyata kedai kopi ini didirikan oleh seorang pengusaha lokal yang ingin memajukan kopi lokal sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar. "Hampir dari kita semua warga sekitar di sini, mulai dari penjaga, tukang parkir, dan pelayan. Ya tapi ada beberapa orang yang merantau dan kerja disini, macam-macam." tutur Beliau.

Di sela-sela perbincangan, Akupun sempat bertemu dengan beberapa pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Kebanyakan dari mereka adalah wisatawan yang tertarik dengan pengalaman menikmati kopi sambil menikmati pemandangan alam. Namun, ada juga beberapa pengunjung yang sengaja datang untuk berfoto-foto sambil minum kopi dan makan gorengan. Sambil menyeruput kopi, Aku melihat-lihat sekeliling. Suasana disana sangat tenang, hanya terdengar suara angin dan kicauan burung. Pengunjung duduk santai, ada yang ngobrol, ada yang sibuk membaca buku, dan ada pula yang sekadar menikmati pemandangan. Di kejauhan, pemandangan hamparan sawah hijau terhampar, menciptakan kontras yang indah dengan langit biru yang cerah.

Seperti Aku dan Srikandi, selain untuk ngopi kami kesini untuk menikmati keindahan alam Merapi dan berfoto-foto ria. Kami memesan Kopi Arabika, Kopi Robusta, Satu porsi gorengan tempe mendoan dan pisang goreng. Soal harga dan rasa memang tidak diragukan lagi, dengan total Rp. 25.000,00 saja sudah bikin perut kenyang. Lalu Aku dan Srikandi melanjutkan menyusuri wilayah Kopmer, ternyata di dinding-dinding warung kopi terdapat beberapa moment pasca letusan Gunung Merapi yang tertangkap kamera photographer Bernama Boy Harjanto. Disana juga terdapat tulisan dari Boy Harjanto yang berisikan Jejak Erupsi Merapi 2010 dan bagaimana kondisi rumah-rumah yang tertutup abu vulkanik pada saat itu. 

Di sini, kopi bukan sekadar minuman, tetapi juga media untuk terhubung dengan alam dan sesama. Tempat ini seolah menawarkan pelarian sesaat dari kehidupan yang serba cepat, menyediakan ruang bagi siapa saja untuk merenung, berbincang, dan menikmati kebersamaan. Perbincangan dengan Bapak Rahmat di Kopi Merapi memberi perspektif baru tentang bagaimana sebuah tempat dapat menjadi simbol kebersamaan dan pelestarian budaya. Kopi yang disajikan di sini tidak hanya memberikan kenikmatan di lidah, tetapi juga mengandung cerita dan nilai-nilai yang dalam. Dengan latar Gunung Merapi yang megah, Kopi Merapi berhasil menjadi destinasi yang memadukan keindahan alam dengan kekayaan budaya lokal.

Setelah sekitar dua jam nongkrong disana, Aku dan Srikandi pun bergegas untuk pulang karena sudah puas menikmati kopi di lereng Merapi Jogja. Bagi siapa pun yang berkunjung ke Yogyakarta, Kopi Merapi adalah tempat yang layak untuk dikunjungi. Bukan hanya untuk menikmati kopi, tetapi juga untuk merasakan kedamaian yang jarang ditemukan di tempat lain. Di sini, setiap tegukan kopi mengandung kenangan, cerita, dan filosofi hidup yang berharga.

sumber: Foto milik pribadi. Foto Aku dan Srikandi saat di halaman belakang tempat Kopi Merapi.
sumber: Foto milik pribadi. Foto Aku dan Srikandi saat di halaman belakang tempat Kopi Merapi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun