Apalagi, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim kala itu mencanangkan program pembelajaran jarak jauh (PJJ).Â
Dari segi tugas, mengajar tanpa ada murid di kelas yang semua dilakukan via dalam jaringan (daring) jelas butuh proses adaptasi. Murid merasakan dampaknya. Guru juga. Tapi proses harus terus dilakukan.
Termasuk dalam organisasi kami dimana pertemuan dan rapat yang awalnya dilakukan tatap muka, kini berganti lewat Zoom atau Google Meet.Â
Pemanfaatan media daring yang harus cepat disesuaikan. Harus bisa.
Apalagi organisasi kami berlandaskan kemauan untuk berbagi. Salah satunya lewat Temu Pendidik (Mudik). Baik di tingkat lokal maupun beberapa pertemuan provinsi hingga nasional.
Dalam pertemuan ini, kami, para guru saling berbagi praktik baik yang dilakukan di kelas.
Karena musim pandemi, maka segala kreativitas yang kami terapkan saat PJJ, kami bagi dengan guru lainnya. Satu jadi pembicara, yang lainnya menyimak dan menanggapi. Tapi ya itu, saat itu hanya bisa daring.
Proses adaptasi ini nyaris tanpa kendala. Kecuali, kuota internet yang membengkak. Bagi guru, terutama guru honorer seperti saya hal itu memang cukup menyulitkan. Meski kemudian berbagai aktivitas daring ini ternyata membuka kesempatan untuk menjadi pembicara dan diundang dalam berbagai kegiatan. Honor dari berbagai kegiatan itulah yang cukup membantu. Termasuk untuk kemudian memasang Internet Provider dari Telkom Indonesia, yaitu IndiHome awal tahun ini.
Saya memasang IndiHome sekaligus untuk meramaikan warung kecil-kecilan yang saya buka bersama suami.
Prosesnya luar biasa cepat. Sehari dihubungi, esoknya petugas IndiHome langsung datang dan memasang alat. Tak sampai satu jam, internet pun bisa digunakan. Sinyalnya kuat dan lancar. Tanpa kendala.
Jaringan internet inilah yang turut menunjang saya sebagai guru yang sekaligus pengurus organisasi. Apalagi kini saya mendapat kepercayaan lebih menemani ketua umum (ketum) yang baru sebagai wakil ketua umum (waketum).Â