Mohon tunggu...
Devy Permatasari
Devy Permatasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana NIM 55521120046 Dosen Pengampu Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak

Universitas Mercu Buana - NIM 55521120046 - Dosen Pengampu Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak - Magister Akuntansi - Mata Kuliah Pajak Internasional dan Mata Kuliah Pemeriksaan Pajak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Peleburan Fusi Horizon Gadamer dalam Mekanisme Audit Perpajakan

17 Maret 2023   21:54 Diperbarui: 17 Maret 2023   22:17 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Hans-Georg Gadamer, Truth and Method, Terj. Joel Weinsheimer dan Donald G. Marshall, (London: Continuum, 2004)

Gadamer merupakan seorang filsuf yang hidup selama abad ke-20. Gadamer lahir di Marburg tanggal 11 Februari 1990, ia lahir dari kalangan keluarga menengah serta memiliki karir akademik yang tinggi. Ayahnya adalah seorang ahli kimia dan sangat mengagungkan ilmu-ilmu alam dan merendahkan kajian humaniora. Namun, nyatanya pepatah 'buah jatuh tidak jauh dari pohonnya' tidak berlaku dalam kehidupan intelektual Gadamer. Gadamer memutuskan untuk memasuki dunia filsafat.

Ketertarikan Gadamer pada dunia filsafat bermula saat ia membaca karya agung Immanuel Kant, Kritik der Reinen Vernunft (Critique of Pure Reason) di perpustakaan pribadi milik ayahnya. Saat ia membaca buku Immanuel Kant sebenarnya sudah terjadi proses fusion of horizon, karena Gadamer dengan horizon ilmu alam yang banyak diberikan oleh ayahnya, kemudian ia membaca karya Kant yang penuh dengan kajian filsafat moral. Maka akhirnya, aplikasi dari pemahaman Gadamer terhadap filsafat Kant menuntunnya menjadi filsuf ternama saat ini.

Selanjutnya, Gadamer pun banyak mempelajari ilmu filsuf dari beberapa filsuf terkenal seperti Heidegger, Nikolai Hartman, dan Rudolf Bultmann. Khususnya, pertemuan Gadamer dengan Heidegger banyak mempengaruhi pemikiran filsafatnya. Melalui Heidegger pula, Gadamer belajar tentang pra-struktur pemahaman yang terikat dengan dimensi ontologis manusia, yang disebut dasein. Menurut Gadamer, proyeksi (entwurf) sudah selalu menyertai disetiap kegiatan interpretasi, oleh sebab itu jika seorang penafsir membersihkan dirinya dari proyeksinya, dia berada dalam sebentuk proyeksi lain.

Hermeneutika Gadamer selanjutnya menjadi kritik atas pemikiran hermeneutika yang dikembangkan oleh Schleiermacher dan Dilthey. Gadamer menegaskan bahwa pembaca tidak bisa kembali ke masa silam untuk menemukan kembali makna sebenarnya yang dimaksud oleh penulis teks. Kesadaran kita tidak berada di luar sejarah, akan tetapi bergerak di dalam sejarah, sehingga pemahaman kita juga dibentuk oleh sejarah. Dengan kata lain, pemahaman kita berada di dalam sebuah horizon yang terbatas.

Sebagaimana pembahasan sebelumnya, hermeneutika Gadamer banyak terinspirasi dari pemikiran filsafat Heidegger, maka hermeneutika Gadamer pun cenderung hermeneutika yang filosofis. Maksudnya adalah bahwa proses pemahaman bukan dibangun atas dasar langkah metodologis sebagaimana yang digagas oleh Schleiermacher. Bahkan Gadamer menegaskan bahwa metode bukanlah cara mencapai suatu kebenaran. Akan tetapi, pemahaman sebagai sebuah proses ontologis dalam diri manusia. 

Pemahaman bukanlah sesuatu yang datangnya dari luar, melainkan menjadi keberadaan dan eksistensi dari diri manusia itu sendiri. Dalam bahasa yang lebih sederhana, hermeneutika filosofis tidak berbicara terkait metode penafsiran saja, melainkan hal-hal yang terkait dengan condition of possibility (kondisi-kondisi kemungkinan) yang dengannya seseorang dapat memahami sebuah teks.

Salah satu condition of possibility yang dikemukakan oleh Gadamer adalah fusion of horizon. Ia menjelaskan:

Memahami penjelasan Gadamer tersebut, dapat diketahui bahwa horizon merupakan jangkauan penglihatan yang mencakup segala hal yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu. Sehingga keluasan horizon menentukan pemahaman seseorang karena ia tidak akan dapat berpikir melampaui horizon yang dimilikinya.

Istilah horizon sebenarnya bukanlah istilah yang asli dari Gadamer, akan tetapi meminjam istilah dari fenomenologi Husserl. Sedangkan yang dimaksud dengan fusion of horizon ialah bahwa memahami adalah aktivitas peleburan antara horizon masa lalu dari teks dan horizon masa kini dari sisi pembaca. Lebih lanjut, terdapat dua ciri horizon, pertama, sebuah horizon tidak tertutup, melainkan terbuka. Kedua, horizon tidak statis, melainkan dinamis, terus bergerak.

Hal ini berarti, Gadamer ingin menegaskan bahwa tidak ada pemahaman yang 'steril' atau obyektif seutuhnya. Hal tersebut sekaligus mengkritik hermeneutika pendahulunya, yang menganggap bahwa proses memahami itu berada di luar horizon, melainkan justru bergerak di dalam horizon. Oleh sebab itu, tugas interpretasi tidak lain adalah memproyeksikan sebuah horizon historis yang berbeda dari horizon kekinian. Sehingga interpretasi bukanlah rekonstruksi atau representasi, akan tetapi sebuah upaya produksi untuk menghasilkan makna baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun